Alaric, Dua Tahun Pertamamu : Mengisi Jendela Kesempatan dengan Program Bermutu

By | February 20, 2016

Beberapa hari lagi menjelang genapnya Alaric, putra kami, berusia dua tahun. Ini artinya kesempatan kami membuat sambungan-sambungan awal pada sel-sel sarafnya pun menjadi tersisa beberapa hari lagi. Berkaca pada teori perkembangan milik Erik Erikson, dua tahun pertama ini adalah masa kritis membangun kepercayaan anak terhadap dunia yang baru ini. Dunia yang jauh berbeda dari ketika dia berada di dalam rahim ibunya. Jika program pengasuhan bayi di usia ini bagus, maka anak akan menjadi pribadi yang percaya bahwa dunia ini adalah dunia yang aman untuknya.

Bagaimana dengan Alaric? Beberapa hari terakhir setiap akan tidur saya selalu memandang dalam wajahnya yang tertidur pulas. Sambil pikiran saya melayang, sudah sejauh mana saya bertanggung jawab pada Allah atas kehadirannya di dunia ini? Apa yang sudah saya berikan padanya selama masa-masa kritis ini sebagai pondasi awal perkembangan otaknya?

Penelitian tentang otak akhir-akhir ini menyebutkan bahwa yang membentuk anak tidak hanya kombinasi gen ayah-ibu, perlakuan selama hamil, dan status gizi ibu ketika mengandungnya. Namun juga program seperti apa yang kita berikan pada anak setelah dia hadir di dunia. Program pendidikan ini yang seharusnya diprogram oleh para orang tua selama hampir 10 bulan menunggu kehadiran bayinya. Program ini juga yang dapat membuat sambungan-sambungan sel-sel saraf anak yang ketika lahir belum tersambung, menjadi memiliki banyak sambungan dan rumit. Program-program tersebut harus mampu memberikan pengalaman hidup yang unik yang menjadi proses belajar anak di sepanjang hidupnya.

Dr Dave Allen dari Haydenburri Lane menyebutkan bahwa dua tahun pertama ini adalah waktu dimana anak kita mengalami jumlah terbesar dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka. Sedangkan S Jacob, Ph.D penulis Your Baby’s Mind: How to Make the Most of the Critical First Two Years mengatakan bahwa pertumbuhan otak di dua tahun pertama ini tak tertandingi. Sehingga ini menjadi perhatian saya dan juga kita semua bagaimana mengisi dua tahun pertama kehidupan anak-anak kita.

Alaric Menulis

Ahhh… lucunya dia kalau sudah ketemu dengan pulpen dan kertas

Dan Alaric, apa yang sudah ayah-bunda berikan untukmu nak? Hari-hari ini akan jadi waktu untuk Ayah dan Bundamu lebih banyak bermuhasabah.

Helen Doron Educational Group mengibaratkan otak anak seperti komputer. Bedanya, jika komputer sudah didesain hidup dengan berbagai macam software (perangkat lunak) di dalamnya, otak anak tidak. Kecanggihan ciptaan Allah yang satu ini adalah, dia mengembangkan software nya sendiri melalui tindakan dan pengalamannya. Kecanggihannya terlihat dari seberapa banyak sambungan sel-sel saraf dan seberapa tebal sambungannya itu yang kemudian terlihat dalam bahasa natural (perilaku) anak.

Alaric memang sudah akan dua tahun. Piaget dalam Teori Perkembangan Koginitifnya menyebutkan kalau inilah jendela kesempatan. Kesempatan para orang tua untuk membangun ‘perangkat lunak’ dasar secara lebih canggih. Sekedar berbagi pengalaman, beberapa hal berikut dapat diterapkan untuk membangun ‘perangkat lunak’ tersebut :

Mengamati & Mendengarkan

Ibu Wismiarti, pendiri Sekolah Al-Falah Jakarta yang sangat concern terhadap pendidikan anak usia dini, meminta setiap guru dan orang tua pandai Iqro, membaca. Bukan sekedar membaca rangkaian kata, namun membaca dalam arti yang luas. Ini juga menjadi tugas orang tua membaca perkembangan anak-anak mereka agar dapat memberikan program yang tepat.

Ketika bayi lahir, dia memang belum dapat berkomunikasi secara verbal. Satu-satunya cara mereka berkomunikasi adalah dengan menangis. Mendengarkan tangisan anak, membaca, kemudian mempelajarinya membuat kita sebagai orang tua semakin mengenali anak-anak kita. Kapan dia perlu makan, kapan tubuhnya perlu dibersihkan, kapan pula dia harus tidur. Semua harus dipahami oleh orang tua agar kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Akhirnya bayi percaya bahwa dunia yang baru ini juga aman untuknya.

Berbicara

Meski belum dapat berbicara, bayi sejak lahir sudah membawa yang disebut Language Sense. Ellen Galinsky dalam bukunya Mind in The Making menulis bahwa bayi yang berusia 4 bulan harusnya sudah memiliki awal cara komunikasi. Sehingga penting bagi orang tua untuk rajin berbicara kepada anak-anaknya dengan kalimat yang benar, intonasi serta ritme yang teratur. Membicarakan apa yang kita lakukan kepada anak membuat dia mengerti tentang bahasa dan memahami kata-kata dengan lebih dalam.

Ibu Wismi bahkan menganjurkan agar para ibu yang hamil senantiasa memverbalkan apa yang ibu lakukan agar language sense ini sudah mulai terbentuk saat bayi lahir.

Baca, baca, baca!

Ini yang agak saya sesali. Saya tidak terlalu banyak membacakan buku untuk Alaric. Meski demikian saya selalu berusaha untuk menyediakan buku-buku di rumah yang bisa di-eksplor olehnya. Setelah mengikuti program workshop bersama Dr Laura Stannard dan Dr Pamela Phelp, Ph.D di Sekolah Al-Falah beberapa waktu lalu, saya menyadari bahwa ritual membacakan buku untuk anak menjelang tidur akan menjadi modal dasar bagi anak untuk mencintai buku dan kegiatan membaca.

Bentuk Persepsi yang Positif

Menurut Piaget, Bayi pada usia 0-2 tahun ini sedang mengembangkan perceptual level atau persepsi positif dirinya. Oleh karena itu pentingnya bayi mengeksplore lingkungan dengan seluruh inderanya. Memberikan sentuhan dengan lembut pada bayi 0-2 bulan, memberikan pijatan bagi mereka adalah langkah awal membangun ketajaman inderanya. Selanjutnya biarkan mereka menjelajah lebih jauh lingkungannya, mengamati, meraba banyak tekstur, turun dan naik tangga, dan berinteraksi dengan banyak benda.

Bermain

Bagaimanapun, bermain adalah dunia anak. Sesuai dengan teori perkembangan anak menurut Anna Freud, anak usia 0-2 tahun akan bermain mulai dari tubuhnya sendiri hingga bermain dengan mainan. Bayi membutuhkan kebebasan yang banyak untuk memainkan benda-benda dengan tubuhnya sendiri. Selain itu, untuk membangun persepsi yang positif tentang kehidupan, setelah usia 1 tahun bayi mulai siap untuk memainkan peran-peran yang terdekat dalam hidupnya. Dan inilah yang dilakukan oleh teman-teman guru di sekolah kami, dan sekolah-sekolah lainnya yang menerapkan sistem sentra. Anak diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk bermain yang menjadi belajar untuk hidupnya.

Main Pura-pura

Setelah 1 tahun, dia akan mulai main pura-pura

Kiranya, hanya sedikit yang bisa saya bagi tentang pengasuhan kami selama dua tahun bersama Alaric. Masih banyak hal-hal yang harus kami perbaiki. Masih banyak pe-er besar untuk tumbuh kembang Alaric di masa mendatang. Saya masih belajar, dan memang harus terus belajar. Amanah Allah ini (baca : Alaric) insya Allah akan sebaik-baiknya kami jaga, agar kelak dia menjadi pribadi yang Ulul Albab. Aamiin…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *