Sukses Berlatih Toilet Training

By | January 27, 2016

Saya pernah cerita tentang anak kelas satu yang masih berce di sekolah di tahun 2013 lalu. Rasanya sangat merepotkan dan tentu saja jadi merepotkan orang lain kalau anak kita sudah seusia sekolah dasar tapi masih buang air besar maupun kecil di celana. Ada juga kasus anak TK yang masih ngompol di sekolahnya. Dan kalau di sekolah, siapa lagi kalau bukan gurunya yang direpotkan.

Tak mau hal itu terjadi pada Alaric anak kami, program toilet training harus dimulai sedini mungkin ketika Alaric siap. Apalagi dia sudah bersekolah sejak usia 5 bulan. Bisa buang air kecil maupun besar sejak usia dini akan sangat bermanfaat baginya maupun bagi kami orang tuanya. Nah, seperti cerita di blognya, sudah jalan satu bulan ini bundanya melatih Al untuk buang air di kamar mandi meskipun baru berjalan di rumah saja.

Kapan memulai toilet training ?

Kalau ditanya kapan tepatnya, setiap anak memiliki waktu yang berbeda-beda. Secara umum memang kesiapan anak untuk berlatih toilet training berada pada usia sekira 18-24 bulan. Untuk Alaric sendiri kami mulai di usianya yang ke-22 bulan. Disini kemampuan orang tua ‘membaca’ anaknya menjadi sangat penting agar bisa memberikan program pada waktu yang tepat.

Ada beberapa tanda bagi orang tua untuk mengetahui kapan sebaiknya memulai program toilet training. Berikut ini ciri anak mulai siap dengan program ini berdasarkan pengalaman kami :

  • Coba cek perilaku anak ketika popoknya kotor. Anak yang sudah aware saat popoknya kotor (Penuh dengan pipis atau memang ada kotoran) pertanda dia sudah mulai siap untuk toilet training. Waktu itu setiap popoknya penuh atau ketika dia BAB ketika memakain popok, Al terlihat gelisah dan tidak nyaman.
  • Lihat rentang waktu Buang Air Besarnya. Amati saat anak sudah mulai buang air besar dengan teratur pada periode tertentu.
  • Pun begitu dengan rentang waktu buang air kecilnya. Ketika popoknya kering untuk waktu 2-3 jam, berarti otot kantung kemih anak sudah siap menampung urin dan menahannya keluar untuk beberapa saat.
  • Dapat memberi tanda ketika dia buang air (besar maupun kecil). Minimal dengan menarik baju bundanya atau menunjuk ke arah popoknya.
  • Pastikan anak sudah bisa mengikuti instruksi sederhana. Kalau anak sudah paham, tentu akan mudah memberikannya instruksi seperti “beritahu Bunda ya kalau mau pipis” dan sebagainya.
  • Anak harus sudah bisa jalan sendiri ke kamar mandi. Kalau masih merangkak sebaiknya ditunda dulu latihan toilet trainingnya sampai tahapan kemandirian yang satu ini terbangun di anak.

Bagaimana Memulai Toilet Training ?

Mula-mulanya sih kerepotan ayah dan bundanya ketika memulai toilet training ini untuk Al. Tapi disinilah dibutuhkan kesabaran dan konsistensi kedua orang tua. Bayangkan, kami harus siap mengepel lantai beberapa kali ketika Al terlanjur pipis di celana. Tapi inilah prosesnya. Harus dinikmati 😀

Untuk kesuksesan toilet training, dua hal di atas adalah kuncinya. Berikutnya untuk mendukung itu semua sebaiknya lakukan hal-hal berikut ini :

  • Buat jadwal rutin ke toilet (toileting). Misalnya dengan bertanya kepada anak setiap 15-30 menit sekali apakah dia ingin pipis. Jadwal lainnya misalnya ketika akan tidur, atau setelah bangun tidur. Tentunya bertanya dan mengajak dengan cara yang menyenangkan, bukan menekan anak.
  • Ganti popok dengan celana dalam. Sejak memulai program ini di rumah, Al sudah tidak mengenakan popok diapers atau Clodinya lagi kecuali ketika tidur. Nah, mengenakan celana dalam lebih memotivasi anak. Apalagi saat celana dalamnya basah sehingga dia sadar atas ketidaknyamanannya dan minta diganti. Saat mulai mengganti, orang tua juga perlu memberikan penguatan bahwa celana dalam ini dipakai oleh anak yang sudah mulai besar. Ada konsekuensi harus ke kamar mandi jika ingin buang air dan celananya tidak basah. Oya, jangan lupa pilih celana yang longgar dan mudah dibuka ya.
  • Biasakan membuat dan menjalankan prosedur toilet training. Ceritakan kepada anak tentang pentinganya buang air di toilet atau kamar mandi. kita bisa gunakan cerita yang ada di buku. Saat bercerita sisipkan bagaimana prosedur jika ingin buang air.
  • Sediakan perangkat toilet. Untuk membantu anak dan memotivasi mereka dengan program ini, orang tua bisa menyediakan toilet trainer atau baby potty seat yang tersedia di toko-toko perlengkapan bayi atau toko online.
  • Berikan apresiasi ketika anak berhasil. Ya, orang tua harus lakukan ini. Hargai usaha anak secara spesifik dengan mengucapkannya. Misalnya “Alhamdulillah, hari ini Al sudah bicara terlebih dahulu ketika ingin pipis” atau “Selamat ya Al sudah berusaha untuk tidak pipis di celana”.
  • Optimis. Kadang-kadang memang anak masih buang air di celana. Tapi orang tua perlu yakin bahwa semuanya membutuhkan proses. Jika yakin berhasil, insya Allah usahanya akan berhasil.

 

3 thoughts on “Sukses Berlatih Toilet Training

  1. Hastira

    mungkin anak sekarang lebih sulit aku lihat karena mereka lebih sering pakai pampers. jaman anakku kecil belum ada tuh pampers baru setelah anak aku kedua itupun belum banyak org yg menggunakan. jadi mau tak mau aku mengajarkan dengan cara menyuruhnya memberi kode kalau mau pup atau pipis dengan menyuruhnya menunjuk ke bawah. Dan berahsil, shg saat dia menunjuk ke bawah artinya mau ke toilet. Setelah menjelang lima tahun aku mulai mmebiasakan dia untuk membersihakn sendiri saat sudah pup atau pipis.

    Reply
    1. bangsaid Post author

      Wahh..salut. Tapi kalo masih ngompol wajar sih mas. Kan lebih dari 3 jam soalnya.
      Si Al anak saya juga kalo tidur masih dipakaikan popok, saat ini.

      Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *