Terlalu Banyak Dampak Negatif TV, Orang Tua Harus Bagaimana?

By | September 16, 2015

Anak-anak di sekolah sedang rame dengan Balvir (mungkin saya nulisnya salah ~ berhubung kurang gaul sama yang beginian). Yang saya tahu, ini adalah sejenis sinetron “anak” dari negeri Bollywood yang sedang trending, sampai-sampai jam tayangnya dalam satu hari lebih dari sekali. Sebelum sinetron ini ramai, anak-anak sudah sering meraung-raung di kelas karena sinetron inhuman, alias manusia jejadian yang rebutan rating di dua stasiun televisi swasta terkenal.

Dampak televisi, mulai dari Fisik hingga Psikologis Anak

Ya, begitulah dampak televisi khususnya sinetron pada anak. Dampak secara psikologis ini kadang diikuti oleh dampak secara fisik. Kebanyakan anak yang lupa waktu karena menonton televisi hingga larut, menjadi bermasalah di pagi harinya. Mengantuk itu sudah pasti. Akhirnya belajar pun jadi susah berkonsentrasi.

Tapi tentu dampak yang paling ditakutkan adalah dampak psikologisnya. Sejak jadi guru, saya paham betul bagaimana televisi merusak otak anak-anak kita. Terlalu banyak kekerasan yang dipertontonkan di televisi dan diserap anak-anak secara langsung. Sinetron-sinetron yang saya sebutkan sebelumnya, termasuk beberapa kartun mengajarkan kekerasan kepada anak. Padahal menonton kekerasan tersebut membuat anak :

  • Kurang sensitif terhadap kekerasan. Pernah menonton acara lawakan? Rata-rata selain kekerasan fisik, kekerasan verbal dilakukan demi membuat penontonnya tertawa. Dampaknya? Anak anak mengangap hal tersebut sesuatu yang lumrah dan biasa saja. Sehingga bersikap kasar (baik secara fisik maupun verbal) terjadi di sekolah maupun di lingkungan rumah.
  • Menurunkan sensitivitas atau kepedulian terhadap korban kekerasan. Karena di televisi kekerasan adalah hal biasa bahkan lucu, anak-anak malah menikmati ‘kesedihan’ korban.
  • Menjadi lebih agresif. Ini yang paling banyak ditemukan. Anak cenderung lebih agresif, mudah marah, dan kesulitan mengontrol emosi. Konflik sedikit dengan teman, langsung main pukul saja. Hal ini disebabkan karena televisi mengajarkan anak bahwa kekerasan adalah cara mencapai sukses/ mendapatkan sesuatu.
  • Sulit bekerjasama. Karena agresif dan mudah terlibat konflik, anak-anak jadi susah untuk bekerjasama dengan temannya.

Ini baru soal kekerasan. Belum lagi dampak psikologis lain seperti anak menjadi dewasa mini. Seperti salah satu murid saya yang susah sekali dikontrol di kelas. Televisi membuatnya sangat ‘agresif’ bukan terhadap kekerasan, namun ‘Seks’. Di kelas, anak ini sering memeluk teman laki-lakinya secara tiba-tiba. Kadang ingin mencium satu-satu temannya. Belum lagi bahasanya. Melihat satu guru laki-laki lewat, malah dikejar sambil berkata, “Hei cowok ganteng…. minta nomor handphone nya donk.” Ya Salam…. Kadang saya jadi serba salah. Ngga dipegang, dia cium temannya. Dipegang atau duduk dekat kita malah kita yang jadi korban berikutnya.

Bijak Menonton TV

Bijak Menonton TV

Apa yang harus dilakukan orang tua untuk melindungi anak-anaknya?

Melihat dampak negatif yang lebih banyak, tak salah kiranya Ibu Wismiarti (Direktur Sekolah Al-Falah Jakarta) menyarankan untuk men-steril-kan televisi untuk anak 0-2 tahun. Memberikan waktu maksimal 1 jam menonton televisi untuk anak 2-7 tahun. Dan Maksimal 1 jam perhari untuk anak berusia 7-11 tahun. Sedangkan untuk anak 11 tahun keatas menyaksikan televisi hanya seperlunya saja.

Kenapa sampai seketat itu? Selama menonton televisi, otak bagian depan (korteks) berhenti bekerja. Padahal otak depan tersebutlah yang mengontrol emosi. Inilah yang menyebabkan anak-anak yang kebanyakan menonton televisi rata-rata susah mengontrol emosinya. Perlu waktu transisi sampai 2 jam setelah menonton televisi agar otak depan dapat berkerja dengan normal kembali.

Oleh karena itu, beberapa tips berikut ini dapat dilakukan oleh orang tua untuk melindungi anak-anaknya dari bahaya televisi :

  • Jadi contoh yang baik bagi anak. Kalau bicara orang tua, saya selalu tegaskan bagaimanapun kita adalah model bagi anak-anak kita. Putuskan mana program atau acara yang bermanfaat. Mana yang tidak bermanfaat. Kalau orang tuanya bisa mengklasifikasi hal ini, mudah bagi anak meniru kebiasaan baik orang tuanya tersebut.
  • Dampingi anak saat menonton televisi. Dengan berada disamping anak saat menonton televisi, kita bisa jelaskan kepada anak tentang banyak hal seperti perbedaan antara fiksi dan nyata. Jika terlanjur melihat kekerasan atau pertempuran, jelaskan kepada anak bahwa dalam kehidupan nyata hal itu akan membawa pada penderitaan dan menimbulkan rasa sakit. Bahas dengan anak bahwa ada banyak cara yang baik dalam menyelesaikan masalah dibandingkan dengan melakukan kekerasan.
  • Matikan televisi jika memang program atau acara tidak bermanfaat atau bertentangan dengan norma. Lebih baik sediakan waktu untuk membaca atau bersenda gurau dengan anggota keluarga.
  • Hindari menempatkan televisi di dalam kamar anak. Televisi sebaiknya berada di ruang keluarga, sehingga kita bisa melakukan pengawasan lebih mudah. Begitu pula dengan internet. Sediakan tempat khusus yang bisa diawasi untuk menempatkan komputer atau akses internet di rumah.
  • Libatkan anak dengan banyak kegiatan. Dibandingkan menonton televisi, bermain bersama anak jauh lebih baik dan dapat meningkatkan kedekatan dengan anak. Permainan seperti ular tangga, halma, catur, atau hal-hal lain yang berhubungan dengan hobi anak, dapat dilakukan. Bila perlu, undang teman anak-anak kita ke rumah untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan fisik yang menyenangkan tadi.
  • Jadi orang tua yang peduli. Ini yang mungkin sulit dilakukan. Tapi jika kita sebagai penikmat televisi bersatu dan lebih peduli terhadap tayangan-tayangan berkualitas, ini akan memberikan dampak positif bagi anak. Kita dapat mengirim surat pembaca atau protes terhadap tayangan yang merusak.

Akhir kata, mari menjadi orang tua yang bijak. Orang tua yang mengantarkan anak-anak kita menjadi anak yang lebih baik dari kita, anak yang membawa kita ke gerbang Syurga. Amiin…

8 thoughts on “Terlalu Banyak Dampak Negatif TV, Orang Tua Harus Bagaimana?

  1. Hastira

    betul sekali, tapi alhamdulilah anak2ku dari kecil sudah bisa nyaring sendiri mana yang dia mau tonton mana yang tidak

    Reply
  2. Alya

    sekarang harus benar-benar mendidik anak dengan baik agar tidak terjerumus pada hal-hal yang membahayakan dirinya 🙂

    Reply
  3. senyumperawat

    perlu pengawasan ekstra karena KPI dan lembaga sensor pun semakin cuek

    Reply
  4. Fahmi

    memang, jaman sekarang ini anak-anak harus diawasi betul tontonannya seperti apa. Karena banyak acara tv yang nggak mendidik ditayangkan 😐

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *