Berkunjung ke Rumah Puisi Taufiq Ismail

By | September 12, 2015

Saya  sangat mencintai buku. Bahkan bisa dibilang menggilai buku. Sejak kecil saya sudah membiasakan mengoleksi buku dan majalah. Sampai berkeluarga, saya selalu menyediakan budget pengeluaran bulanan untuk membeli buku. Sehingga, saya sangat antusias dan senang sekali ketika Ibu Fauziah Fauzan (Pimpinan pondok pesantren Diniyyah Puteri Padang Panjang) mengajak  kami mengunjungi Rumah Puisi Taufiq Ismail dalam kunjungan pertama dan kedua saya ke Sumatera Barat pertengahan tahun 2014 kemarin.

Dari namanya, pasti sudah terbayang bahwa Rumah Puisi ini akan sangat berkaitan dengan sastra. Apalagi mendengar nama Taufiq Ismail, sosok sastrawan yang sangat dikenal dengan karya-karya yang luar biasa.

Rumah Puisi dan Aie Angek Cottage

Kalau yang ini foto minjem. Punya saya entah dimana foto Rumah Puisi tampak depan 😀 (sumber : suaramerdeka.com)

Rumah Puisi ini terletak di Jalan Raya Padang Panjang – Bukittinggi. Tepatnya di kawasan Kanagarian Aie Angek, sejenis resort/cottage di atas bukit. Letaknya sangat strategis karena persis dipinggir jalan raya. Namun karena berada di atas bukit, masuk ke lokasinya butuh usaha yang luar biasa karena gang masuknya berupa tanjakan curam. Perlu gigi/persneling satu. Tentu saja usaha tersebut tak sia-sia, karena setiba di atas kita akan disuguhi pemandangan dua gunung megah di Sumatera Barat.

Pak Taufiq sengaja memilih tempat ini, meskipun sebenarnya sebelum memilih kawasan Aie Angek, beliau sudah melakukan survey di kawasan Pandai Sikek (tempat kelahiran ibundanya) di kaki Gunung Singgalang. Namun dikarenakan kurang representatif, akhirnya berpindah ke lokasi saat ini.

Tak hanya Museum, tapi juga Tempat Berkarya

Di Rumah Puisi terdapat puluhan rak buku dari kayu yang didatangkan langsung dari Jakarta. Di dalamnya sendiri terdapat lebih dari 8000 koleksi buku milik Pak Taufik Ismail. Ini merupakan setengah dari koleksi buku yang dimiliki oleh beliau. Setengahnya lagi tentu berada di rumah beliau di Jakarta. Sama seperti raknya, buku-buku ini juga diangkut dari Jakarta.

Tak hanya Museum Sastra, Rumah Puisi juga sering dijadikan tempat belajar anak-anak. Seperti santri Diniyyah Puteri sendiri sering mengunjungi dan belajar di Rumah Puisi ini. Beberapa karya santri juga terpanjang di sebuah sudut di ruang baca, yakni tabloid Dinteen, yang dikelola penerbitannya oleh santri Madrasah Tsanawiyah (setingkat SMP) dan Madrasan Aliyah (setingkat SMA) Diniyyah Puteri Padang Panjang. Di sudut lainnya terdapat meja kerja Pak Taufik Ismail. Meja yang menghadap ke Gunung Singgalang dan pemandangan hijau Pandai Sikek serta membelakangi Gunung Marapi ini diletakkan strategis sebagai tempat beliau menuangkan ide-idenya sehingga menghasilkan karya. Selain tempat belajar, di Rumah Puisi sering diadakan pertemuan guru, pelatihan menulis, bahkan seminar-seminar. 

Di Meja Inilah Pak Taufiq Ismail berkarya, sembari menatap kemegahan Singgalang

Generasi Indonesia yang Memprihatinkan

Tujuan Pak Taufiq Ismail mendirikan Rumah Puisi tak semata-mata sebagai tempat menaruh koleksi buku-bukunya. Namun lebih dari itu. Ada keprihatinan yang besar terhadap generasi emas Indonesia saat ini yang sangat tidak terbiasa dengan membaca, apalagi sastra. Hasil penelitiannya tentang kebiasaan membaca dipajang jelas di salah satu ruangan di Rumah Puisi. Sejak tahun 1943 hingga 2008 (ketika Rumah Puisi bediri), buku sastra yang dibaca siswa SMA Indonesia berjumlah 0 judul. Kemunduran yang berarti bila dibandingkan ketika Indonesia masih bernama Hindia Belanda, buku wajib yang dibaca siswa setingkat SMA hingga 25 judul.

Kebiasaan Membaca Siswa Indonesia yang kian Memprihatinkan

Buruknya minat baca ini tentu berdampak pada kemampuan menulis anak. Semasa Hindia Belanda, tugas menulis karangan mencapai 36 karangan setahun. Hingga tahun 2008 juga mengalami kemunduran dimana tugas menulis karangan di SMA rata-rata hanya 5 karangan setahun. Sekarang? Jangan ditanya, tugas menulis sudah mirip Shalat Idul Fitri, yakni hanya setahun sekali. Iya juga sih, saya ingat betul saat SD dulu, setiap ujian caturwulan selalu ada tugas karangan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Keprihatian besar ini pula yang menjadi fokus kami di Sekolah Al-Amanah. Anak-anak kami biasakan menulis sejak dia tiba di sekolah. Hasilnya alhamdulillah, puluhan buku setiap tahunnya anak buat dari hasil kerja di berbagai sentra dan bidang studi. Semoga ini menjadi motivasi kita untuk mengembalikan kejayaan Indonesia di masa lampau.

Jangan nyari saya, saya nyang motoin ibu-ibu ini :-D

Jangan nyari saya, saya nyang motoin ibu-ibu ini 😀

14 thoughts on “Berkunjung ke Rumah Puisi Taufiq Ismail

  1. Hanif Mahaldi

    wah, saya juga hobi baca nih, selalu ada budget perbulan untuk hunting buku. 😀 soal sastra, emang zaman sekarang susah kalau disuruh pada baca buku apalagi puisi dan antologinya. Di toko buku saja sudah susah dicari soalnya tidak laku di pasaran. Kebanyakan novel. Itupun yang bener-bener sastra udah jarang juga ditemui. Ya, semoga sejarah Indonesia masih bisa kita jaga kalau ada seperti taufiq ismail ini yang peduli dengan sastra indonesia. (setau saja andrea hirata juga buat ya di belitong itu rumah baca atau rumah sastra, lupa namanya)

    Reply
    1. bangsaid Post author

      Amiin…
      Tentang Andrea Hirata kalau ngga salah juga Museum Sastra ya

      Reply
  2. Alid Abdul

    Duh sedih kok Indonesia 0 hahaha
    Aku sendiri juga kutu buku,,, tapi sekarang nggak kayak dulu,,, dulu sehari bisa melahap satu buku, sekarang boro-boro sehari. beli buku aja gak dibuka-buka plastik segelnya sampe 1 tahunan. duh kenapa sekarang saya malas yaaaaa T__T

    Reply
    1. bangsaid Post author

      tanyakan pada rumput yang bergoyang (baca: bergoyang India) Lid 😀

      Reply
  3. Ibnu cho

    Saya juga hobby banget baca buku, tapi lebih ke novel novel masa kini :D, seneng juga baca biografy dan buku motivasi, , , , dan beberapa bulan yang lalu selalu menyisihkan budget untuk membeli buku,, tapi sekarang pending dulu berhubung hidupnya masih pindah pindah,,, heee.
    oya, data di atas miris banget bang ,, moga sekarang angka tersebut sudah naik,,,

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *