Sudahkah Kita Hidup Bermutu ?

By | December 20, 2011


Di Facebook saya sudah janji akan berbagi cerita pada teman – teman tentang Program Pelatihan Guru dan Orang Tua (PPOT) yang saya ikuti sepekan kemarin di Sekolah Al – Falah, Jakarta Timur. Sebelum membuat tulisan ini, saya telah berbagi dengan teman – teman guru di Sekolah saya serta di TKIT Al – Amanah yang masih satu yayasan dengan sekolah tempat saya mengajar.

Awalnya saya mendengar tentang sekolah Al – Falah dari teman guru yang sudah pernah pelatihan disana. Komentar mereka kebanyakan adalah “Subhanallah” sehingga membuat saya penasaran. Dan Alhamdulillah kemarin saya berkesempatan untuk ikut program Magang Guru di sana selama kurang lebih enam hari bersama dengan 9 guru lainnya dari berbagai belahan nusantara (dari Padang, Bali, Jawa Tengah). Meski Al – Falah sekolah dengan dasar – dasar Islam, beberapa guru yang ikut pelatihan ada yang beragama Katolik dan Kristen lho.

Oya, Sekolah Al – Falah merupakan sekolah yang menerapkan konsep Happy Learning sehingga proses belajar mengajar sangat menyenangkan. Selain itu, sekolah ini termasuk sekolah Inklusi dimana anak – anak special need ikut belajar bersama anak – anak normal. Subhanallah nya, anak – anak normal menerima dengan baik teman – temannya yang autis sampai down syndrome. Luar biasa!

Program magang yang saya terima adalah gabungan 3 program regular (PPOT 1 – 3) yang diringkas. Jadi maklum, materi yang saya terima tidak sebanyak mereka yang mengikuti program regular. Namun, ini sudah lebih dari cukup untuk bekal saya mendidik murid – murid saya di sekolah maupun anak saya nanti. Dan tentu saya berharap dapat terus melanjutkan program ini di bulan – bulan berikutnya.

Hari pertama materi PPOT 1 : 18 Sikap

Sekolah Al – Falah mengembangkan 18 sikap yang tidak hanya ditanamkan kepada murid, namun seluruh civitas akademik mulai dari guru hingga tukang kebun.

Seperti Kementrian Pendidikan yang mengembangkan 18 Karakter bangsa dalam Kurikulum terbaru, berbagai sikap yang dikembangkan Al- Falah memang diterapkan dengan sungguh – sungguh. Ini jauh berbeda dengan program pemerintah yang (Mohon Maaf) hanya tertulis menjadi tambahan Silabus Kopian yang dibuat oleh sekolah – sekolah di Indonesia. Apa saja 18 Sikap tersebut ?

  • Mutu
  • Hormat
  • Jujur
  • Bersih
  • Kasih Sayang
  • Sabar
  • Syukur
  • Ikhlas
  • Disiplin
  • Tanggung Jawab
  • Khusyu
  • Rajin
  • Berpikir Positif
  • Ramah
  • Rendah Hati
  • Istiqomah
  • Taqwa
  • Qanaah

Kedelapan belas sikap tersebut tampak sudah mendarah daging dalam kehidupan di sekolah. Saya berusaha jujur dalam hal ini karena telah melakukan observasi secara langsung.

Dari tiga sikap yang saya amati (Karena program ringkas, saya hanya mendapatkan materi 3 sikap yang pertama) saya menemukan hal – hal seperti :

Mutu :

  • Anak bermain sesuai dengan perannya
  • Anak dan Guru berbicara yang mempunyai makna
  • Guru mengarahkan anak untuk menyanyikan lagu dari awal (tidak sepotong – sepotong)
  • Anak mau merapikan alat – alat bermain dan belajar tanpa disuruh
  • Bermutunya ucapan – ucapan guru lewat pernyataan dan pertanyaan yang menstimulus daya pikir anak. COntohnya “Semakin banyak bekerja semakin banyak ilmu yang didapat”

Hormat :

  • Menghargai teman
  • Anak meminta bantuan kepada teman dengan nada yang pas tidak memaksa
  • Anak mau mengalah, berpindah tempat duduk saat ia menyadari kursi yang didudukinya merupakan tempat duduk ibu guru. Lagi – lagi ini tidak diminta apalagi disuruh

Jujur :

  • Anak menceritakan apa yang telah dilakukan dan hal – hal yang dialaminya dengan detil tidak ditambah – tambahkan
  • Guru mau mengakui kesalahan saat keliru memanggil nama anak dan meminta maaf. Ini yang sangat jarang sekali kita temukan, orang yang mau mengakui kesalahannya, terlebih seorang guru

Masih banyak hal lainnya yang saya dapatkan. Kalau mau diceritakan detil pasti akan sangat panjang. Kesimpulannya sebagai guru maupun orang tua, apapun yang kita lakukan harus sesuai dengan standarnya (Berhubung saya muslim, standar hidup saya adalah Al-Qur’an dan Hadits). Dan saatnya sekarang kita evaluasi, sudahkah jadi guru bermutu, orang tua bermutu, anak yang bermutu, teman yang bermutu, suami/ isteri yang bermutu ?

Sudahkah pula kita menghormati diri sendiri sebelum menghormati orang lain? Memperlakukan anggota tubuh sesuai dengan fungsinya, menjaga kehormatan diri, serta menghargai orang lain dan berusaha untuk tidak berbuat salah. Karena kehormatan manusia akan jatuh setiap berbuat salah.

Semoga kita menjadi insan yang senantiasa belajar dan memperbaiki diri…

Bersambung

4 thoughts on “Sudahkah Kita Hidup Bermutu ?

  1. Zippy

    Nah itu dia, kadang kita kurang menghargai diri sendiri.
    Gimana mau ngehargai orang lain kalo diri sendiri aja gak dihargai 😀
    Semoga aja di tahun mendatang kita lebih bisa hidup bermutu 🙂

    Reply
  2. Darin

    Kualitas hidup seperti ini yang seharusnya ditanamkan sejak kecil. Sehingga kelak akan lahir generasi2 yg lebih unggul.

    Salam 😀

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *