RIP CDMA : Bye-Bye Esia

By | March 15, 2016

Pulang dari Kuala Lumpur awal bulan kemarin, saya men-charge handphone Blackberry (BB) yang memang tidak dibawa kesana. Ditinggal beberapa hari, baterainya habis sehingga harus diisi ulang dayanya. Beberapa jam diisi akhirnya penuh juga. Namun yang membuat saya kaget adalah ketika dinyalakan, tak ada sinyal yang ditangkap oleh BB. Saya mencoba berpikir positif, apa nomor saya hangus karena sudah satu bulan tak diisi pulsanya. Oleh karena itu saya berniat mengurusnya di gerai esia terdekat.

upload_-1

Blackberry Huron, bisa untuk CDMA maupun GSM

Ya, BB saya itu berjenis CDMA namun juga memiliki Slot kartu untuk GSM. Istilahnya hybrid, bisa digunakan untuk dua jenis jaringan seluler baik CDMA maupun GSM. Hanya saja tidak bisa aktif secara bersamaan seperti handphone dual sim pada umumnya. Hanya satu nomor yang aktif pada satu waktu.

Nomor esia saya 0219286xxxx sudah sangat lama sekali saya pakai. Sejak 2006, atau sudah sepuluh tahun yang lalu. Dan nomor lokal tersebut sudah banyak diketahui oleh teman dan sanak famili. Makanya saya berniat untuk mengurusnya segera. Hingga saya membaca status seorang teman yang mengunggah foto 3 hanpdhone CDMA berjudul bye-bye Esia yang membuat dahi saya mengernyit. Spontan jemari saya melakukan googling mencari informasi, apa yang telah terjadi.

Ternyata, CDMA akhirnya ‘tewas’. Kabar bahwa CDMA akan dihentikan memang sudah berhembus akhir tahun 2014 lalu. Awalnya saya tak begitu percaya sampai Indosat menutup starone, Telkom menghentikan layan Flexi dan memigrasikan seluruh nomor flexi ke Kartu AS Telkomsel. Namun operator dengan warna dominan Hijau, Esia tetap menjual ponselnya dan layanan CDMA mobile Smartfren masih eksis. Tapi toh si Esia akhirnya tutup juga. Tanpa pemberitahuan dan kompensasi apapun seperti Indosat Starone maupun Telkom Flexi.

Menyedihkan, tanpa kabar itu. Tak ada SMS maupun telepon dari pihak operator. Yang ada hanya pemberitahuan di website yang belakangan saya tahu bahwa layanan Esia di’matikan’ di beberapa daerah di Indonesia pelan-pelan. Uniknya, di Jatabek, layanan voice maupun sms Esia tetap bisa dinikmati, katanya. Tapi kenyataannya, sejak awal Maret kemarin di BB saya tak ada sinyal sama sekali. Dan nomor lokal yang sudah saya ‘pelihara’ selama 10 tahun itu, hilang begitu saja.

10 Tahun Penuh Kenangan

Saya membeli Ponsel Esia ketika Talktime sedang booming. Yups, Esia waktu itu tak mau menggunakan istilah pulsa seperti operator lainnya. Mereka pede menggunakan istilah Talktime dari nominal voucher yang kita beli. Lumayan waktu itu, bicara sesama esia cuma seribu untuk satu jam. Jenis handphone yang saya beli waktu itu adalah Vigophone LG (sayang sudah browsing sana sini tak menemukan gambarnya). Handphone kulit kerang ini cukup lama menemani saya sampai flexibelnya rusak. Nomor esia yang saya punya pun harus di-replace ke kartu karena handphone tersebut bertipe inject.

HP Esia Huawei 2650 ini, Ponsel Esia kedua saya

HP Esia Huawei 2650 ini, Ponsel Esia kedua saya

Selanjutnya di tempat yang sama di ITC Roxy Mas, saya membeli handphone Esia murah berwarna dan polyphonic. Hanphone ini generasi kedua dari handhphone murah esia yang sebelumnya masih monochrome. Ini juga cukup lama digunakan. Tak rusak, hanya saya tukarkan dengan teman saya. Dia mengambil handphone ini, saya mengambil Motorola w150i miliknya.

Ini dia sepasang CDMA dan GSM

Ini dia sepasang CDMA dan GSM dari Motorola

Saya memilih w150i karena tidak di-lock. Jadi saya masih bisa mencoba jaringan mobile-8 dengan brand fren dan hepi. Selain itu handphone ini memiliki kembarannya.

Hingga akhirnya tahun 2012 lalu saya membeli blackberry dikarenakan BBM waktu itu hanya bisa dinikmati dari handphone pabrikan asalnya, RIM. Berhubung saya sudah memiliki handphone android GSM, lebih baik saya membeli blackberry CDMA yang memang sedang promo saat itu. Saya berpikir keras agar handphone ini tidak mubazir karena di kampung saya jaringan ESIA tak bisa ditangkap. Oleh karena itu saya memilih yang dual mode, bisa GSM maupun CDMA.

Dan benar saja, ketika CDMA dihentikan, BB ini masih bisa dipakai dengan kartu GSM. Tapi tetap saja, saya masih merindukan nomor lokal saya. Nomor yang banyak memberikan kenangan.

3 thoughts on “RIP CDMA : Bye-Bye Esia

  1. elsawati

    kalo sekarang kayaknya udah jarang yang pake cdma, semenjak android mewabah pada gonta ganti kartu karena ngincar kuota 😀

    Reply
    1. bangsaid Post author

      Iya nih… tapi gonta-ganti kartu juga sekarang ga semudah dulu ya. Sejak registrasinya harus pakai kode toko

      Reply
  2. priyo harjiyono

    Padahal di awalnya secara teknologi CDMA itu lebih menang, bahkan sempat digadang2 menggantikan peran GSM, entah kenapa pengembangannya gak bagus, dan akhirnya justru KO nglawan GSM

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *