Mendampingi Anak di Masa Pandemi Virus Corona

By | May 2, 2020

Sudah sebulan setengah tepatnya saya dan mungkin kita semua hanya di rumah saja. Apalagi sejak PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar diberlakukan di beberapa daerah dua pekan terakhir yang terus diperpanjang hingga mendekati lebaran nanti. Praktis kehidupan kita sehari-hari mulai berubah akibat virus corona. Salah satunya adalah bagaimana harus mendampingi anak secara full di rumah.

PSBB membuat ruang gerak kita menjadi terbatas. Kendaraan umum dibatasi. Tempat ibadah tidak boleh dibuka. Pun begitu dengan sekolah. Sehingga anak-anak yang biasanya ada di sekolah dari pagi hingga siang atau mungkin petang mau tidak mau harus ada di rumah. Inilah dimana kerepotan dimulai.

Banyak orang tua yang tidak siap dengan kondisi ini. Meskipun saat ini setelah hampir dua bulan sejak Pak Presiden mengumumkan kasus COVID-19 pertama di Indonesia, kita sudah mulai bisa beradaptasi tapi saya yakin di awal sekolah diliburkan para orang tua dibuat pusing dengan proses belajar mengajar yang harus dipindahkan ke rumah.

Terlebih ketika tidak hanya harus mendampingi anak, orang tua yang terpaksa bekerja dari rumah atau work from home harus pandai membagi waktu. Kerena ketika pekerjaan dibawa kerumah, batasan-batasan yang sebelumnya ada menjadi hilang. Kita sulit memilih antara harus menyelesaikan pekerjaan kantor dengan mendampingi anak belajar di rumah.

Sebagai guru, saya pun tak kalah repot. Meski sudah terbiasa dengan anak-anak di sekolah, mendampingi anak sendiri di rumah jauh lebih menantang. Ini tak lain karena anak kita sendiri paham dan tau celah orang tuanya.

Meskipun demikian, sebenarnya ada banyak hikmah yang dapat diambil ketika anak-anak dikembalikan kepada orang tua. Kita para orang tua jadi lebih banyak tahu tentang kualitas perkembangan anak-anak. Kita bisa tahu dimana kesulitan belajar mereka. Kita bisa tahu sampai dimana kemampuan membaca atau berhitung mereka. Dan yang paling disyukuri adalah kami bisa mendampingi ibadah mereka di rumah.
Karena di tempat kami dianjurkan untuk shalat hanya di rumah, kami bisa mengajak anak-anak shalat berjamaah di rumah sekaligus menjadi contoh bagi mereka. Satu bulan terakhir alhamdulillah anak pertama kami yang sebentar lagi masuk SD sudah tidak perlu disuruh-suruh lagi untuk shalat.

Melihat mulai banyak hal baik karena virus corona ini, kami pun mulai berdamai dengan keadaan dan menikmatinya.

5 Tips Mendampingi Anak di Masa Pandemi Virus Corona

Setelah berdamai dengan keadaan, langkah berikutnya adalah mengubah hal-hal yang tadinya merepotkan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Berikut ini adalah beberapa hal yang kami lakukan di keluarga untuk mendampingi anak di rumah sehingga hari-hari selama karantina menjadi lebih menyenangkan.

Menyiapkan Jadwal Harian

Tidak hanya anak-anak yang dirumahkan. Saya pun harus mulai membiasakan bekerja dari rumah meski sesekali saya tetap harus ngantor. Karena setiap anggota keluarga memiliki peran dan tugasnya masing-masing, hal yang pertama dilakukan adalah membuat jadwal harian.
Jadwal harian ini membantu membangun keteraturan dalam keluarga. Bagi sebagian orang mungkin ini hal sepele atau merepotkan. Padahal keteraturan sangat dibutuhkan anak di masa mendatang. Profesi apa yang tidak membutuhkan keteraturan? Rasanya tidak ada. Bahkan seorang pedagang pun membutuhkan keteraturan, kapan dia membuka toko, kapan menutupnya. Bisa dibayangkan jika kemarin tokonya buka jam 9, hari ini jam 10, besoknya jam 12 pasti pelanggan menjadi bingung dan tidak jadi belanja.

Daily Schedule

Jadwal Rutin seperti ini sangat dibutuhkan untuk membangun keteraturan dalam keluarga (sumber : joyfulhomemakersclub.com

Maka keteraturan melalui jadwal harian adalah hal pertama yang harus ada ketika semuanya berada di rumah. Ayah punya jadwal kapan harus mengerjakan pekerjaan kantor, mama punya jadwal kapan harus masak, dan anak-anak punya jadwal kapan harus belajar. Semua diatur sedemikian rupa sehingga masing-masing menyadari peran dan tanggung jawabnya di jam-jam tertentu.
Ini akan membantu mencegah terjadinya crowded sehingga menaikkan emosi 😁.

Banyak Mendengarkan

Salah satu kunci harmonisnya hubungan adalah komunikasi. Termasuk hubungan dengan anak. Maka hal berikutnya yang harus dilakukan adalah mengubah pola komunikasi dengan anak. Alih-alih menceramahi mereka, orang tua harus banyak mendengarkan. Anak-anak apalagi seperti anak kami yang masih berusia dini memiliki banyak sekali pertanyaan di kepala mereka. Rasa ingin tahu yang tinggi membuat mereka selalu bertanya dan kita sebagai orang tua harus siap menjawab.

Adakalanya ketika tidak mampu menjawab pertanyaan mereka saya akan berkata :

“Maaf, ayah belum tahu. Nanti ayah akan cari tahu ya. Tolong ingatkan ayah besok.”

Siapkan Waktu untuk Bersama

Di dalam jadwal yang kita buat seharusnya tedapat waktu dimana kita bisa menghabiskan bersama-sama dengan anak. Kebersamaan dengan mereka selain membangun kedekatan juga akan memperkuat kelekatan emosional antara anak dan orang tua. Anak-anak yang lekat secara emosional dengan orang tua tentu akan lebih mudah diarahkan dan diajak berdiskusi.

Beberapa hal yang kami lakukan bersama anak-anak misalnya berolahraga bersama di teras rumah atau di lapangan dekat rumah, menonton tv film keluarga, ibadah bersama, atau membacakan buku ketika menjelang tidur.  Kegiatan terakhir sebenarnya kegiatan rutin yang sudah berlangsung sebelum pandemi Covid-19. Namun saat ini, kegiatan ini tidak hanya dilakukan menjelang tidur. Ada waktu literasi lain misalnya menjelang shalat dzuhur atau sehabis maghrib. Kegiatan ini membangun kecintaan anak-anak terhadap buku, sehingga anak pertama kami yang saat ini berusia 6 tahun alhamdulillah sudah lancar membaca kendati tidak pernah diajarkan.

Libatkan Anak dalam Kegiatan Rumah Tangga

Pada dasarnya anak-anak sangat suka bekerja. Hanya kadang kita sebagai orang tua tidak memahami dan pakai standar orang dewasa sehingga kita lebih senang meng-handle semua pekerjaan sendiri ketimbang dibantu mereka. Padahal ini justru memutus rasa ingin tahu dan semangat belajar mereka.

Alaric anak pertama kami mendapat dilibatkan dalam menyiapkan makan siang di dapur. Dia membantu mamanya memotong kacang panjang, mengupas bawang, sampai menuangkan garam dengan pendampingan ke dalam masakan. Disini dia belajar banyak hal. Semua inderanya dibangun termasuk hidung dan lidah. Menurut ahli neurosains Indonesia, Dr Taufik Pasiak, anak-anak yang distimulus banyak alat inderanya akan menjadi anak yang lebih cerdas dibandingkan anak-anak yang hanya terstimulus satu atau dua alat indera ketika mereka belajar.

Tidak hanya di dapur, anak-anak kami juga dilibatkan dalam berbagai kegiatan seperti menyortir laundry, mengelap bekas makannya, hingga mencuci piring. Mereka melakukannya dengan senang hati.

Siapkan Menu Makan Bermutu

Tak bisa dipungkiri, di masa pandemi dengan bertebarannya virus corona dimana-mana kesehatan keluarga menjadi hal penting yang harus dijaga. Maka agar tetap sehat, pola istirahat dan menu makan sangat berpengaruh.

Menu makan bermutu tidak harus mahal. Yang penting kecukupan gizinya. Setiap hari kami usahakan selalu tersedia menu sayur meski memang ini jadi tantangan tersendiri mengajak anak-anak makan sayur. Protein bisa diberikan secara bergantian antara protein hewani dan nabati. Sedangkan buah, kami menyetok kurma karena cukup simple dan bisa bertahan sedikit lama dibandingkan buah-buah lainnya.

Ini semata-mata dilakukan agar tidak mudah sakit. Lalu bagaimana seandainya terlanjur sakit?

Jika Terlanjur Sakit…

Wah…. ini yang saya alami di awal-awal diberlakukannya PSBB. Saya belum dua pekan pulang dari Malaysia langsung lanjut tour ke Jatim Park. Tak dinyana pilek menyerang. Mau periksa ke dokter, jujur saya takut. Dengan latar belakang pernah mengunjungi Malaysia dan juga berwisata di seputaran Malang yang mana bertemu banyak orang, saya takut tertular penyakit yang disebabkan oleh virus corona itu.  Ataupun jika tidak, ketika mengunjungi klinik atau rumah sakit saya malah khawatir menularkan penyakit yang saya belum tahu itu. Maka ketika di HP tersedia aplikasi Halo Doc, saya sangat bersyukur.

Awal mulanya hanya iseng menginstall, tapi nyatanya terpakai juga. Apalagi waktu itu Halo Doc memberikan kesempatan untuk konsultasi gratis dengan beberapa dokter umum. Setelah bertanya dengan salah satu dokter, saya dikategorikan sebagai orang dalam pemantauan (ODP) mengingat selain pilek saya memiliki riwayat perjalanan saya pernah mengunjungi Malaysia, Malang, dan Solo. Saya disarankan dokter untuk tetap di rumah hingga 14 hari kedepan dan menjaga jarak dengan banyak orang. Intinya ya karantina mandiri.

Alhamdulillah 14 hari tersebut sudah lewat di akhir Maret kemarin sehingga saya bisa tenang dan menampingi anak-anak lebih dekat kembali di rumah. Meskipun demikian, hingga hari ini saya dan keluarga tetap #DiRumahAja. Selain menjalankan kewajiban sebagai warga negara yang baik di masa PSBB, tentu kami semua tidak ingin tertular maupun menularkan penyakit kepada orang lain.

Aplikasi Halo Doc tetap terpasang. Artikel di Halo Doc yang sering masuk di notifikasi handphone nyatanya sangat berguna. Selain itu jaga-jaga siapa tahu kedepan dibutuhkan misalnya untuk memesan obat ketika tidak memungkinkan keluar rumah.

Mari kita sama-sama berdoa semoga wabah ini segera berakhir. Dan semoga kita semua ketika wabah ini berakhir tetap sehat dan menjadi orang tua yang lebih siap lagi bekerjasama dengan sekolah dalam mendidik anak-anak kita.

One thought on “Mendampingi Anak di Masa Pandemi Virus Corona

  1. Pingback: 7 Solusi Dilema Kamera On-Off Saat Belajar Daring ~ Bangsaid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *