Catatan Bimtek Kurikulum 2013 : Penguatan Karakter dan Literasi untuk Generasi Emas Indonesia

By | June 5, 2017

Tak terasa, enam hari sudah saya mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) Guru Sasaran Kurikulum 2013. Banyak pengalaman berkesan sekaligus ilmu-ilmu baru yang saya dapatkan selama pelatihan ini. Tentunya meski di sekolah kami tidak sepenuhnya akan menjalankan kurikulum ini dikarenakan Yayasan tempat saya bekerja sudah menetapkan fokus pada Curiculum Domain dari Michigan State University berbasis Tahap Perkembangan Anak, namun ilmu-ilmu selama Bimtek tersebut dapat menjadi bekal kami para guru menjadi lebih baik lagi.

Yang menarik dari kurikulum-2013 (setelah mengalami dua kali revisi perbaikan dan penyempurnaan) adalah keleluasaan guru dan sekolah untuk berkreasi dan berinovasi menyesuaikan dengan kondisi dan karakter sekolah masing-masing. Ini tentu memudahkan kami nanti di sekolah mengkolaborasikan kurikulum-2013 dengan Curriculum Domain. Pasalnya muaranya tak jauh berbeda, yakni perkembangan anak. Jika Curriculum Domain mengarah pada perkembangan anak menurut beberapa teori perkembangan, Kurikulum-2013 berakhir pada Standar Kompetensi Lulusan yang ditetapkan oleh pemerintah melalui permendikbud.

Bimtek_K13_Matematika_PasarKenis.jpg

Bersama teman satu kelas dan Fasilitator

Baca juga :  Kami baru memulainya, Menyalakan Pelita untuk Indonesia

Penguatan Karakter dan Literasi

Sejak digulirkannya di masa Pak Nuh, Kurikulum-2013 memang mengarah pada pembentukan karakter. Karakter, Pengetahuan, dan Keterampilan mendapat porsi yang sama dan sama-sama harus dibangun pada anak.

Dalam revisi yang kedua kalinya di tahun 2016 kemarin, penguatan karakter menjadi fokus besar terlebih dengan keprihatinan terhadap kepribadian masyarakat Indonesia dewasa ini yang semakin kehilangan karakter. Ini terlihat dari kriteria kelulusan dan kenaikan kelas di Kurikulum-2013. Sikap (baik spiritual sebagai pengejawantahan hubungan dengan Tuhan dan sikap sosial sebagai bentuk hubungan harmonis sesama manusia) harus minimal bernilai Baik. Jika dibawah itu, sudah dipastikan akan mengulang.

Ini menjadi bukti bahwa kurikulum ini sangat fokus ingin memperbaiki karakter manusia Indonesia agar tidak hanya religius namun juga berempati dan peduli. Rasanya ini sejalan dengan semangat revolusi mental di era bapak Presiden Joko Widodo saat ini.

Keprihatinan berikutnya adalah rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Seperti yang dikutip dari kompas.com, berdasarkan studi “Most Littered Nation In the World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Ini sangat menyedihkan mengingat infrastruktur semacam perpustakaan di desa atau pojok baca di kantor kecamatan pada dasarnya sudah tersedia. Apalagi di sekolah-sekolah. UNESCO mencatat, minat baca masyarakat baru sebatas 0,001 %. Artinya dari seribu orang Indonesia, hanya satu yang memiliki minat membaca.

Fokus Penguatan Karakter dan Literasi dalam Kurikulum 2013

Fokus Penguatan Karakter dan Literasi dalam Kurikulum 2013

Ini kemudian menjadi dasar tidak hanya penguatan karakter, Kurikulum-2013 mengajak semua pihak khususnya satuan pendidikan (mulai jenjang usia dini hingga perguruan tinggi) menumbuhkan budaya membaca dengan kegiatan literasi sekolah. Sebagai pelaksana umum, sekolah diharapkan memiliki program kegiatan membaca. Sedangkan guru diharapkan dapat menyisipkan kegiatan penumbuhan budaya literasi dalam pembelajaran di kelas.

Harapannya secara pelan-pelan, baik karakter maupun budaya literasi masyarakat Indonesia dapat meningkat dari tahun ke tahun. Sehingga bonus demografi di tahun 2045 nanti, se-abad Indonesia merdeka, negara ini memiliki generasi emas yang tidak hanya cerdas secara pengetahuan dan keterampilan, namun juga berwawasan luas karena gemar membaca, dan memiliki karakter sikap positif dalam hidupnya. Aamiin….

Guru adalah Penentu

Dalam acara penutupan, Bapak Kabid SMP Dinas Pendidikan Kab. Tangerang, Pahrudin berpesan bahwa sebaik apapun kurikulumnya, tetap guru adalah ujung tombak dalam pendidikan. Guru harus memiliki semangat ingin terus berubah dan menularkan kebaikan kepada peserta didiknya. Untuk menjaga semangat itu, Guru harus membangun mindset bahwa, ilmu yang bermanfaat dari guru akan menjadi amal jariyah yang mengantarkan guru ke surga, sebagai sebaik-baiknya tempat kembali.

Guru_Harus_Kreatif.jpg

Guru Harus Kreatif dan Mampu Bekerja Sama

Secara pribadi, saya mengajak guru-guru di seluruh Indonesia untuk semangat menyongsong perbaikan pendidikan Indonesia melalui Kurikulum-2013 ini. Bukan malah berpikir negatif, ganti menteri ganti kurikulum. Namun, sudah sewajarnya kurikulum terus berubah menyesuaikan perkembangan anak-anak kita.

6 Hari Luar Biasa

Saya bertemu dengan banyak guru-guru yang luar biasa. Dari teman-teman selama Bimtek ini banyak pengalaman-pengalaman yang dibagi sebagai bekal yang bisa dibawa ketika kembali ke sekolah. Selain menambah sahabat baru tentu Bimtek ini menjadi silaturrahim dengan teman-teman seperjuangan di bidang pendidikan.

Terima kasih yang sebesar-besarnya juga kami ucapkan kepada sepasang Fasilitator kami di kelas, Pak Martono & Ibu Lizanah. Beliau berdua ini sudah menularkan pengetahuan-pengetahuan baru yang bermanfaat untuk kami para guru yang akan menerapkan Kurikulum-2013.

Baca juga : Menjadi Guru Excellent 2

Rasanya pula belum lengkap jika tidak ada kenang-kenangan untuk beliau berdua. Sehingga malam harinya sebelum penutupan kegiatan Bimtek, kami berdiskusi tentang apa yang akan diberikan.

Banyak kepala, banyak pendapat. Ada yang mengusulkan menghadiahi batik, jilbab, mukena, hingga Baju Koko. Yang terakhir ini banyak didukung. Sehubungan juga dengan bulan puasa dan sebentar lagi akan lebaran. Saya sendiri prefer Batik dan Baju Koko. Nah, buat teman-teman yang juga sedang mencari baju koko bisa Temukan koleksi baju koko terbaik di ZALORA yang sesuai dengan seleramu!

Akhirnya soal hadiah kami serahkan kepada Ibu-ibu yang lebih memahami kebutuhan menjelang lebaran 😁. Bukan besar kecil nilainya, namun keikhlasan dan saling menerimanya.

9 thoughts on “Catatan Bimtek Kurikulum 2013 : Penguatan Karakter dan Literasi untuk Generasi Emas Indonesia

  1. Ihwan H

    Iya neh kebiasaan membaca masyarakat Indonesia emang buruk, saya saja yang dulu suka baca skarang jadi malas baca buku bahkan novel karya penulis fave saya Dee Supernova belum kelar2 juga. Keasyikan baca blog soalnya he3

    Reply
  2. ivonie

    Dulu kalau kasih hdiah buat guru emang lbh pantas berupa baju sebagai kenang2an.
    Sekarang jd lebih mudah cari koleksi baju koko-nya, saya dlu mesti ke pasar rame2 hihi

    Reply
  3. retno

    wah senangnya kalau ada program 15 menit membaca. Dengan tidak adanya evaluasi, anak-anak akan lebih suka rela dalam membaca. Hal inilah yang menumbuhkan minat baca sesungguhnya, dibandingkan dengan tugas membaca buku lalu mengumpulkan tugas setelahnya…

    Reply
  4. Fauziah

    Dah praktikum yang 15 menit baca… Jaman dulu.. pas punya kelas.. sekarang belom punya kelas hehe

    Reply
  5. Omali

    Oh jadi kurikulum 2013 itu direvisi dan disempurnakan ya, saya sempet mengira itu dihapus sama pak anies kemaren

    Reply
  6. April Hamsa

    Program membaca itu aku baru tau.
    Mungkin jg rendahnya minat baca krn anak2 skrng lbh suka main medsos, main youtube gtu, mungkin lho yaaaa

    Btw aku punya teman guru mas. Dia termasuk yg jarang memberi tugas dan di kelasnya yg ada “seneng2” aja. Katanya, anak2 udah terlalu berat dengan tugas dr guru lain, biarlah di kelasku mereka santai sedikit 😀

    Reply
  7. Puputs

    Hajajahah bisa aja, terakhir mau ngasih hadiah eh di arahkan ke zalora.. Alus banget :p

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *