Sudah baca perkembangan motorik halus balita usia 2-3 tahun? Kalau belum, baca gih. Tentu banyak yang bertanya-tanya, bagaimana membangun perkembangan fine motor anak tanpa drilling ataupun paksaan.
Sebagaimana kita tahu, anak usia dini belajar melalui bermain. Pun begitu toddler usia 2 hingga 3 tahun. Sehingga program-program bermutu untuk membangun perkembangannya di semua aspek harus dilakukan melalui bermain. Tidak asal main. Namun main yang harus jadi belajar. Oleh karena itu, stimulus atau pijakan yang membangun selama bermain harus diberikan oleh orang tua atau orang dewasa yang mendampingi anak bermain.
Kegiatan Bermain yang Mengembangkan Motorik Halus
Ide-ide kegiatan yang membangun motorik halus di bawah ini dapat dilakukan bersama anak di rumah maupun di sekolah :
1. Bermain dengan mainan bongkar pasang
Lego adalah mainan yang pas untuk dibongkar dan pasang oleh anak. Membongkar dan memasangkan lego kembali membutuhkan koordinasi mata dan tangan. Kegiatan ini juga membangun kemampuan representasi anak terhadap pengetahuan yang dimiliki. Pijakan yang tepat dari orang tua tidak hanya akan membangun motorik halus anak, namun juga membangun aspek perkembangan lain seperti kognisi (membuat pola-pola warna pada lego) dan juga aspek bahasa (menamai bangunan yang dibentuk).
2. Bermain Sorting Box
Ketika Alaric berusia menjelang 1 tahun, kami belikan ia mobil-mobilan yang dilengkapi dengan sorting box. Tidak mahal, tak sampai 50 ribu rupiah. Mainan jenis ini selain membangun fine motor anak juga membangun aspek perkembangan kognisi khususnya kemampuan klasifikasi yang sangat berguna untuk mendukung kemampuan matematikanya di sekolah dasar nanti.
3. Bermain Balok
Di sekolah yang menerapkan sistem Sentra, bermain balok disediakan di satu sentra khusus yang dinamakan Sentra Balok. Disini anak mengembangkan kemampuan representasinya dengan membuat macam-macam bangunan menggunakan balok. Kegiatan bermain balok ini sangat membutuhkan kemampuan motorik halus dan juga kasar. Selain itu pijakan dari orang tua atau guru tentang ukuran dan bentuk akan membangun aspek perkembangan kognitif anak. Namun orang tua harus jeli agar tahu kapan anaknya siap diberikan mainan balok. Anak diberikan mainan balok jika dia sudah melewati tahap sensorimotor. Salah satu indikatornya adalah dia tidak lagi melempar balok, tapi menggunakannya untuk membangun.
4. Berikan Kesempatan untuk Bermain Pasir, Air, dan Cat
Sekolah yang bermutu, pasti menyediakan bak pasir untuk anak usia dini. Kegiatan bermain pasir seperti menuang, menggali, mencetak, atau membangun, menggunakan jari-jari dan tangan dan koordinasinya dengan mata.
5. Kenalkan Krayon atau Spidol untuk Membangun Kemampuan Mengekspresikan Diri di Atas Kertas
Saat memegang krayon atau spidol, kita bisa melihat sejauh mana perkembangan motorik halus anak. Ada anak yang masih menggenggam, ada pula anak yang sudah menggunakan ketiga jarinya (ibu jari, telunjuk, dan jari tengah) saat memegang krayon atau spidol. Eksplorasi yang banyak dengan spidol atau krayon akan membangun kekuatan dan koordinasi jari-jarinya.
6. Beri Kesempatan Menggunakan Gunting yang Aman
Karena gunting merupakan benda tajam, orang tua perlu menyediakan gunting yang aman bagi anak, khususnya anak usia dini. Namun sebelum masuk ke tahap menggunting, anak harus melewati tahap pra menggunting seperti meremas, merobek dengan semua tangan, merobek dengan separuh tangan, atau merobek dengan dua jari.
7. Bermain Playdough
Bermain playdough sangat mengasyikkan buat anak. Anak-anak yang cenderung menyukai benda berwarna-warni akan tertarik dengan adonan beraneka warna. Selain membangun fine motor, kegiatan bermain playdough juga membangun kemampuan konstruksi anak. Anak dapat membuat aneka macam bentuk sesuai dengan tema pembelajaran. Untuk anak yang usia perkembangannya masih rendah, kita bisa sediakan macam-macam cetakan.
8. Menuang dan Mengisi Air
Tuang dan isi air sangat digemari anak-anak yang berada pada tahapan sensorimotor (usia 0-2 tahun). Beberapa anak usia toddler juga mungkin akan menyukai kegiatan menuang dan mencampur macam-macam air berwarna ini. Anak juga dapat menemukan warna-warna baru dan membandingkan kepekatan warna yang ditemukannya melalui proses pencampuran. Jadi selain motorik halus anak, kegiatan ini juga membangun perkembangan kognisi dan estetik.
9. Berpakaian
Berpakaian memang bukan kegiatan main. Namun memakai pakaian dapat disisipkan dalam kegiatan main peran. Memasukkan kancing ke dalam lubang membutuhkan koordinasi jari-jemari tangan dan mata dengan baik.
10. Makan Sendiri
Jangan biarkan anak-anak terus disuapi hingga sampai di usia TK. Menyuapi anak makan selain akan merepotkan orang tua di kemudian hari, juga tidak membangun fisik anak. Seharusnya anak sudah mulai terbiasa makan sendiri sejak usia 1 tahun atau ketika dia sudah siap memegang sendok dengan tangannya meskipun dengan cara menggenggam.
Nah… itulah 10 kegiatan yang membangun perkembangan fisik anak, khususnya pada aspek fine motor. Kegiatan-kegiatan di atas akan menjadi semakin kaya ketika orang dewasa memberikan pendampingan yang bermutu dengan cara mengalirkan banyak materi yang dibutuhkan anak ketika mereka bermain.
Selamat bermain bersama anak…. bermain yang jadi belajar.
Jadi keinget mau beli gunting yang aman buat anak, lupa mulu hehe
ini yang suka anak-anak saya lakukan ketika mereka kecil. Memang melatihnya dengan cara bermain. Jadi anak-anak senang 🙂
Informasi yang saya cari 10 Kegiatan Bermain yang Membangun Motorik Halus Anak, dan di tunggu tulisan yang lain.
Sebetulnya mudah ya mengajak anak melatih motorik halus. Dari kegiatan sehari-hari aja. 🙂
Ini nih! Permainan-permainan yang ndak hanya mengasah motorik tapi juga mengasah otak kiri dan kanan secara seimbang. Mantap, bangsaid. (y)
Jadi referensi banget.
yang dulu ibu saya sering ajarkan ya makan dan pake baju sendiri. selain itu saya diberi kebebasan untuk coret-coret kertas dengan spidol, krayon, pensil warna, dll.
Pingback: Apakah Boleh Memaksa Anak Belajar? ~ Bangsaid