Kenapa Anak Saya Belum juga Mandiri?

By | December 28, 2015

Sabtu 26 Desember di saat yang lain sudah libur, kami di sekolah baru melakukan pembagian rapor meskipun sebenarnya jauh sebelum hari itu rapor sudah disiapkan. Namun, kami lanjutkan terlebih dahulu dengan rapat kerja dalam rangka mempersiapkan pembelajaran di semester dua sebagai kegiatan rutin awal tahun dan awal semester. Akhirnya, pada hari tersebut lah baru bisa dibagi dan menyampaikan perkembangan anak-anak kepada orang tua mereka.

Di suatu sesi, saat menemani pengganti wali kelas 5 yang sudah sakit lebih dari dua bulan yang lalu saya mendengar curhatan dari salah seorang tua yang sedang mengambil rapornya. Kurang lebih seperti ini curhatnya :

“Pak, saya ini sebenarnya ingin sekali anak saya Wahyu bisa melanjutkan ke pesantren setelah lulus kelas 6 nanti. Tapi bagaimana ya. Kemandiriannya sangat parah sekali. Mandi kadang lupa bawa handuk. Harus kami yang mengantarkan ke kamar mandi. Belum lagi memakai baju. Masa sudah 10 tahun belum bisa memakai baju sendiri,” adunya.

Saya tersenyum sebentar sebelum menanggapi. Mengingat kembali anak ini (Wahyu) sehari-harinya karena saya memang tidak mengajar siswa kelas 5 tahun ini. Pernah saya melihatnya mengganti pakaian sehabis berolahraga. Memang masih harus diingatkan cara melipat baju yang benar. Tapi memakai baju? Sepengatahuan saya saat mengancing lengan baju memang masih terkendala.

Saya coba mengingat-ingat lagi ketika Wahyu masuk pertama kali ke Al Alamanah. Perlu beberapa minggu dan hari sampai di nyaman. Belum mau dilepas oleh orang tuanya. Hingga secara bertahap pelan-pelan dilepas ketergantungannya pada orang tua.

Akhirnya saya bertanya.

“Selama ini bagaimana kalau di rumah, pak? Usia berapa Wahyu diberikan kepercayaan untuk memakai pakaiannya sendiri?” tanya saya.

“Wah… sampai sekarang masih saya bantu pak,” jawab bapak itu secara cepat.

Dalam hati saya berkata, pantas… 😀 Wajar saja belum mandiri. Lha masih dibantu terus.

Kemandiran sebagai salah satu fokus perkembangan anak seharusnya menjadi perhatian para guru dan orang tua. Kemandirian anak harus kenali dan bangun sejak usia dini. Ini juga menjadi salah satu alasan orang tua harus rajin ‘membaca’ perkembangan anaknya dari hari kehari. Salah satunya agar mengetahui sejauh mana kemandiran anaknya sudah terbangun.

trac-nghiem-xem-be-da-du-kha-nang-tu-lap-chua-1

Secara bertahap, anak harus diajarkan untuk memakai pakaiannya sendiri

Anak usia 10 tahun masih dibantu dalam mengenakan pakaian, ini jelas masalah. Siapa penyebab masalah ini? Siapa lagi kalau bukan kita, orang tua atau gurunya. Terlalu banyak memberikan kemudahan atau banyak membantu anak tidak akan pernah dapat membangun kemandirian anak.

Sebaliknya, kemandiran ini secara perlahan harus dimunculkan terutama oleh orang tua itu sendiri. Misalnya anak usia 10-11 bulan, kemandiriannya tampak pada saat memegang makanan berjenis biskuit dan menyuapkannya sendiri ke mulut. Berbeda lagi dengan berpakaian. Kemampuan ini harusnya sudah beres di usia 5-6 tahun. Anak-anak usia ini sudah dapat memakai pakaiannya sendiri, termasuk mengikat tali sepatu. Kemandirian lainnya harus terus dibangun seiring bertambahnya usia.

Jadi para orang tua, terlalu banyak memudahkan anak di usia dini justru akan merepotkan kita di usia besarnya nanti. Orang tuanya Wahyu merasakannya. Ngga mau merasakan hal yang sama bukan?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *