Membangun Kemampuan Kontrol Diri pada Anak

By | August 4, 2015

Kata-kata “Kontrol Diri” setiap hari senantiasa terdengar di sekolah Al-Amanah, tempat saya mengajar. Kami semua para guru memasukkan materi kemampuan mengontrol diri sebagai upaya membangun kemampuan tersebut sehingga dapat dimiliki oleh anak sebagai bekal suksesnya di kemudian hari. Ellen Galinsky dalam bukunya “Mind in the making” menyebutkan bahwa Self-Control adalah salah satu 7 essential life skills yang harus dimiliki oleh anak. Bahkan, Amerika Serikat melalui Departemen Pendidikannya, memasukkan 7 keterampilan dasar tersebut sebagai salah satu tujuan pendidikan.

Begitu juga dengan Sekolah Al-Amanah. Dalam rangka membangun generasi unggul yang rabbani, Insan Ulil Albab (Manusia seutuhnya), menjadikan Self-Control sebagai salah satu kemampuan yang harus dibangun pada seluruh siswa di sekolah, sejak usia dini.  Dengan mampu mengontrol diri, anak akan dapat membuat pilihan yang positif serta berpikir sebelum melakukan sesuatu. Sedangkan tanpa Self-Control anak cenderung berkata atau berperilaku sesuka hati bahkan menjadi sumber masalah.

Ilustrasi ~ Anak-anak adalah pribadi yang mudah terlibat konflik

Ilustrasi ~ Anak-anak adalah pribadi yang mudah terlibat konflik

Sebut saja misalnya anak-anak yang sering terlibat konflik dengan temannya. Hal ini bisa terjadi karena sang anak kurang memahami situasi yang tidak sesuai dengan harapannya. Sehingga situasi-situasi tersebut dianggapnya sebagai ajang permusuhan. Inilah yang tidak kita harapkan. Bisa jadi akhirnya ketika merasa kesal sang anak malah memprovokasi anak lain ketimbang memikirkan solusi atas permasalahannya. Pernah seorang anak di kelas satu sedang membaca buku pengetahuan (semacam buku ensiklopedi), tiba-tiba salah seorang temannya datang dan langsung merebut buku tersebut. Terjadilah saling tarik. Teman lainnya ikut membantu karena situasi tersebut memprovokasi teman lain untuk terlibat. Akhirnya, terjadilah hal yang tidak diinginkan. Buku ensiklopedi yang tebal tersebut robek dan terbelah menjadi dua. Ini tentu tidak akan terjadi jika anak, baik yang merebut maupun yang sedang membaca serta anak-anak lainnya memiliki kontrol diri.

Tugas guru dan orang tualah, agar anak yang tadinya belum punya kemampuan kontrol diri, menjadi anak yang mampu mengontrol diri. Proses awalnya tentu dimulai dengan kontrol diri kita sendiri sebagai guru dan orang tua. Sebagai contoh, ketika menghadapi keributan di kelas. Daripada ikut berteriak sambil memukulkan penggaris ke papan tulis, lebih baik tarik nafas dalam-dalam kemudian berbicaralah dengan tenang (atau diam sembari menunggu suasana kelas sedikit tenang karena diamnya kita). Sampaikan bahwa “Saya tidak nyaman kalau semuanya bicara. Saya tidak bisa mendengar apa yang kalian ingin sampaikan.” Kata-kata tidak nyaman penting kita sampaikan pada anak sehingga anak sadar bahwa keributan adalah kondisi yang membuat orang lain merasa tidak nyaman. Dengan mengontrol kata-kata dan sikap kita, secara tidak langsung kita sudah mencontohkan cara menghontrol diri dengan baik.

Pijakan lainnya yang dapat diberikan kepada anak bisa berupa ajakan untuk berpikir atau melakukan self-talk. Misalnya ketika salah seorang anak mendapat pukulan (pukul memukul umumnya terjadi pada anak usia dini TK-SD karena kemampuan mereka menyelesaikan masalah masih terbatas). Ajak anak berkata pada dirinya sendiri “Kalau saya pukul dia, dia akan pukul saya lagi. Dan kami semua akan saling pukul sehingga kami terlibat dalam perkelahian”. Atau jenis self-talk lainnya seperti “Kalau saya pukul dia, dia akan terluka. Dan saya akan terlibat masalah, dipanggil ke kantor, atau orang tua asaya ikut dipanggil ke sekolah.”

Yang perlu diingat, bahwa proses pendidikan adalah proses yang dilakukan terus menerus (berkelanjutan). Tidak bisa kita memaksa anak. Hari ini diberikan pijakan, besok sudah berubah. Sebagai guru dan orang tua, sudah seharusnya kita terus mencari celah/ peluang untuk membantu anak-anak kita menjadi pribadi yang mampu mengontrol diri. Sehingga di masa dewasanya nanti dia menjadi orang dewasa yang pandai memilih kontribusi positif terhadap lingkungannya. Amiin…

 

One thought on “Membangun Kemampuan Kontrol Diri pada Anak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *