Kenangan di Balik Kue Nastar

By | July 7, 2015

Pertengahan puasa atau menjelang lebaran seperti ini, postingan blog tak jauh-jauh dari hal yang berhubungan dengan hari raya. Dan alhamdulillah tahun ini, saya sekeluarga masih bisa mudik ke kampung halaman saya di Pulau Bangka. Kemarin (6/7) Ayah (atuknya Al) menjemput kami di Bandara Depati Amir Pangkalpinang.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, selain identik dengan pakaian baru, lebaran juga tak lengkap rasanya tanpa aneka penganan hari raya. Mulai dari makanan berat seperti ketupat dan macam-macam lauknya, sampai dengan macam-macam snack/ makanan ringan. Di kampung saya, atau di Pulau Bangka pada umumnya kemeriahan lebaran sangat terasa. Selain menghidangkan berbagai makanan, hampir setiap rumah juga melengkapinya dengan minuman-minuman baik hanya segelas air mineral hingga soft drink dengan atau tanpa soda. Ini bisa dibilang merupakan hal yang wajib di hari raya.

Salah satunya yang paling banyak dihidangkan adalah kue-kue kering. Nah, diantara sekian banyak kue kering yang ada, yang paling diidamkan buat saya adalah kue nastar. Kue kering berbahan dasar adonan terigu ini sangat empuk di mulut. Inilah alasan kenapa kue nastar sangat saya nantikan di hari raya nanti. Selain bentuk bulat, kue yang konon sangat digemari oleh orang-orang Belanda ini juga dibuat dengan bentuk lonjong dan bergulung. Tak lupa di bagian atasnya diolesi dengan kuning telur, ditabur dengan parutan keju, atau hanya disisipkan sebiji cengkeh. Untuk nastar sendiri, kenangan masa lalu juga sangat terasa. Terutama ketika membantu ibu membuat adonannya hingga kalis, atau pada saat membuat selai nanas yang terkadang sangat menggoda lidah saat berpuasa.

Nastar Gulung (sumber : kreasiresepmasakanindonesia)

Nastar Gulung yang Renyah (sumber : kreasiresepmasakanindonesia)

Nama Nastar ternyata berasal dari ananas dan tart. Ya, sesuai dengan namanya isi kue nastar adalah selai nanas. Di Eropa, kue sejenis ternyata berbahan selai blueberry atau apel. Bisa jadi karena disini sulit mendapatkan olahan selai kedua jenis buah tersebut, sedangkan nanas lah yang paling mudah diperoleh.

Dulu sewaktu kami semua (saya dan adik-adik) masih kecil, Ibu paling rajin membuat kue-kue lebaran. Namun kini, ketika anak-anaknya sudah dalam perantauan (baik yang sudah menikah maupun masih kuliah dan sekolah di asrama), tak ada lagi yang membantu beliau. Sehingga membeli adalah salah satu jalan agar tetap bisa menghindangkan berbagai macam kue kering saat lebaran. Nah, meskipun kue ini bisa dibeli, tentu tak sembarang kue nastar yang dijual enak dimakan. Sehingga kita pun harus pintar-pintar mencari dimana penjual nastar home-made yang enak.

 

10 thoughts on “Kenangan di Balik Kue Nastar

  1. 9ede

    baru liat ada nastar gulung… kalau nastar yang biasa satu toples besar saya bisa habiskan sendiri.. *doyan

    hahaha 😀

    Reply
    1. bangsaid Post author

      Kalau nastar gulung sebenernya ada banyak bentuk lagi lho. Ada yang bentuk siput malah

      Reply
  2. cumilebay.com

    Aku suka nastar yg dalam nya isi nya banyak trus agak asem2 gitu.
    Oh asli bangka, jadi kangen pengen kesana … main ke belinyu

    Reply
    1. bangsaid Post author

      Ahh..saya ngiri sama masCum sampe Bangka aja udah dijelajahi. Brarti udah pernah nyoba kempelang belinyu yang dibakar itu ya?

      Reply
  3. Yuniari Nukti

    Ternyata banyak yang butuh nastar ya kalau lebaran. Gara-gara nastar ini aku sampai begadang loh Bang. Apalagi kalau buka wiridan nastar huhu..

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *