Mengajarkan Anak Menyelesaikan Masalah

By | September 27, 2014

Konflik seringkali terjadi pada anak usia dini, terlebih anak – anak pra sekolah (jenjang TK dan PG) mengingat secara tahapan perkembangan biologis, anak – anak usia pra sekolah memang rentan terhadap singgungan antar teman. Bahkan di beberapa tempat atau sekolah, konflik – konflik terus berlanjut hingga jenjang Sekolah Dasar atau lebih tinggi. Beberapa dari mereka dapat menyelesaikannya sendiri, namun banyak dari mereka akhirnya terlibat kasus bullying sehingga melibatkan orang dewasa dalam penyelesainnya. Hal ini disebabkan karena pada usia dini, anak – anak tidak dibekali dengan kemampuan menyelesaikan konflik.

Padahal, mengajarkan kemampuan penyelesaian konflik akan memberikan banyak keuntungan bagi anak seperti menjadikan mereka teman yang baik bagi orang lain di masa sekarang, atau sebagai pasangan yang penuh kasih, orang tua yang penyayang, atau rekan kerja yang baik di masa mendatang. Namun memang usaha ini (mengajarkan anak menyelesaikan konflik)  merupakan usaha yang membutuhkan waktu dan kesabaran.

Anak Menyelesaikan Masalah

Di sekolah tempat saya mengajar, guru senantiasa memberikan waktu bagi anak untuk belajar menyelesaikan konflik. Meskipun memang sudah pada usia sekolah dasar, konflik antar anak masih kerap terjadi. Terkadang hanya sebatas konflik dengan kata – kata. Tapi di beberapa kesempatan, konflik diikuti dengan kontak fisik terjadi khususnya di kelas – kelas rendah (Kelas 1, 2, dan 3).

Lalu, bagaimana agar anak belajar menyelesaikan konflik ?

  • Netralkan suasana dengan mengambil posisi diantara dua anak yang terlibat konflik. Jika memang tidak memungkinkan diselesaikan di kelas, ajak anak yang terlibat konflik ke tempat yang lain untuk memastikan kondisi kelas tetap kondusif.
  • Bicarakan pada anak bahwa kita (sebagai guru) akan membantu mereka menyelesaikan masalahnya. Katakan bahwa setiap masalah bisa kita selesaikan dengan bicara.
  • Minta satu persatu dari mereka (yang terlibat) untuk mengatakan perasaannya secara bergantian. Biasakan mengulang apa yang anak sampaikan kepada temannya dan biarkan temannya tersebut merespon. Misalkan Andi bicara pada kita bahwa Toni mengambil mainannya, kita bisa bicara “Kata Andi, dia sedang bermain dan Toni tiba – tiba mengambil mainannya.” Biarkan Toni merespon.
  • Tanyakan kepada keduanya bagaimana sebaiknya masalah tersebut diselesaikan. Biarkan anak satu persatu memberikan usul tentang penyelesaian dan ajak mereka untuk dapat saling menyepakati solusinya. Jika tidak memungkinkan, Guru dapat memberikan solusinya sendiri. Dan jika anak tidak menyetujui, cari solusi lain yang disetujui oleh anak.
  • Tetap amati anak saat kembali kepada aktivitasnya untuk memastikan tidak terjadi konflik kembali. Jangan lupa memuji usaha anak dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Terakhir, senantiasa doakan anak – anak kita semoga menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat bagi sesama 🙂

 

dari berbagai sumber | Sumber Gambar : micheleborba.com

13 thoughts on “Mengajarkan Anak Menyelesaikan Masalah

  1. Volverhank

    kalo pendidikan sekarang menitikberatkan pada problem based ya, dan disuruh untuk menyelesaikan masalah sendiri. guru sebagai moderator aja

    Reply
  2. Hanif Mahaldi

    keren… biasanya guru cuma bilang, “ini punya siapa? siapa yang jahat? hayo ngaku, hayo minta maaf” akhirnya yang jahat tersudutkan padahal mungkin penyampaiannya meminjam sesuatu ke temannya belumlah baik.

    Reply
    1. bangsaid Post author

      “Siapa yang jaha” <~ sebaiknya kita menghindari bahasa/kata - kata negatif untuk anak usia dini 🙂

      Reply
  3. @dewifatma

    bisa dipraktekkan ke ponakan nih.

    lebih parahnya lagi kadang orang tua dari si anak yg konflik beradu mulut. kebawa emosi kalik ya. bukanya mendamaikan malah manambah masalah. hehe

    Reply
    1. bangsaid Post author

      Iya… dan itulah yang membuat “jedela kesempatan” perkembangan anak jadi terlewatkan

      Reply
  4. anotherorion

    biasanya saya ajak ngobrol satu persatu dulu mas, ngumpet, klo sudah nemu permasalahannya baru mereka saya pertemukan dan biasanya mereka akhirnya bisa saling memahami n baikan lagi

    Reply
    1. bangsaid Post author

      (●´ο`●) ŐŐŐŐŐŐŐ…boleh jg begitu 😉

      Reply
  5. Pingback: me time

  6. Pingback: Membangun Kemampuan Kontrol Diri pada Anak | Bangsaid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *