Jujur itu Berat, dan Mungkin Dibenci

By | May 21, 2014

Prestasi Yes! Jujur Harus!

Slogan tersebut tercetak jelas di sampul lembar soal Ujian Nasional maupun Ujian Sekolah (Tingkat SD). Pertanda, pelaksanaan Ujian harus dilakukan dengan penuh kejujuran. Sayangnya, dari tahun ke tahun kecurangan yang terjadi di Ujian Nasional makin menjadi. Dan ‘Jujur’ kembali hanya sekedar slogan. Karena jujur itu berat, harus siap dimusuhi.

Masih terekam jelas dalam ingatan, di tahun 2011 lalu Ibu Siami harus diusir dari kampungnya karena pilihan kejujuran yang dipilihnya saat anaknya mengikuti UN. Pun begitu dengan Nunung, salah satu siswi SMA swasta di Lampung yang harus menelan pil pahit 3x tak lulus UN hanya karena ingin jujur, meski para gurunya sudah menawarkan kunci jawaban padanya.

Jujur itu berat, berat sekali… dan harus siap dimusuhi.

Tahun 2014 ini adalah tahun kedua saya terlibat sebagai pengawas silang Ujian Sekolah tingkat Sekolah Dasar (d/h Ujian Nasional). Tahun kemarin, saya ditempatkan di sekolah negeri yang tidak jauh dari sekolah tempat saya mengajar. Syukurlah, saya tidak menemukan kecurangan terjadi di depan mata saya. Namun berbeda dengan tahun kemarin, tahun ini di sekolah negeri lainnya, ketidakjujuran terjadi dengan terang – terangan. Terang saja saya tidak nyaman karena bertentangan dengan prinsip kejujuran dan pendidikan karakter yang pemerintah gadang – gadangkan.

Saya pun menyampaikan ketidaknyamanan saya kepada pimpinan sekolah tersebut. Meski demikian sampai hari kedua pelaksanaan US, hal tersebut masih terjadi. Akhirnya hari ini (21/5), saya memutuskan untuk tidak kembali ke sekolah tersebut. Saya meminta izin kepada kepala sekolah saya. Beruntungnya saya, baik ibu kepala sekolah maupun teman – teman guru di sekolah mendukung keputusan saya.

Pimpinan sekolah tempat saya bertugas pun  berharap saya kembali dengan alasan demi menjaga keharmonisan hubungan antar guru dan antar sekolah. Tapi saya tetap pada keputusan saya. Tubuh saya tidak siap menerima hal tersebut. Saya pun siap dengan keputusan ini dan dampaknya bagi saya pribadi di masa mendatang. Saya sudah dicap… dan mungkin dibenci banyak pihak.

Biarlah. Lebih baik saya dibenci manusia daripada dibenci Tuhan. Saya lebih takut padaNya. Mana mungkin saya, seorang guru dari sekolah yang menanamkan sikap jujur sejak usia dini, justru diam terhadap ketidakjujuran.

9 thoughts on “Jujur itu Berat, dan Mungkin Dibenci

  1. Sunandar

    miris banget cerita siswi SMA swasta di Lampung yang harus menelan pil pahit 3x tak lulus UN hanya karena ingin jujur 🙁

    Jujur emang berat, ya setidaknya kalo kita dimusuhi bisa cari teman lain.. bener kata mas, lebih baik dibenci manusia kan daripada dibenci tuhan..semua akan ada hikmahnya 🙂

    Reply
  2. Hanif Mahaldi

    Masih bersyukur sekarang bisa jujur. Mungkin perlu hijrah/pindah kali ya kalau di rumah yg lama atau kampung atau sekolah jujur tidak dihargai. Saya yakin bang, kalau jujur di tempat lain masih dihargai.

    Reply
  3. Dhimas Kirana

    memang jujur itu mahal harganya. berani jujur itu keren deh pokoknya 😀
    unas kemaren saya dan temen temen juga jujur. pada gak berani beli kunci.. wkwk

    Reply
  4. cumilebay.com

    Kalo temen ku perna bilang dan masih aku ingat betul bahwa “kejujuran itu menyakitkan tapi akan membuat kita lebih lega”

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *