Ahad (13/4) malam di dalam bis AC Budiman yang sedang menunggu penumpang di Poolnya di Cikokol Tangerang ada hal menarik perhatian saya. Sesosok anak perempuan, yang sepertinya seumuran dengan murid saya di SMP masuk ke dalam bis dengan menenteng beberapa ikat buah apel dan jeruk. Dia masuk melalui pintu belakang kemudian berjalan perlahan menjakakan dagangannya ke setiap baris kursi penumpang.
“Jeruk… apel, bu. Jeruk.. apel, a. Buat oleh-olehnya.”
Sayangnya hingga baris terdepan atau menjelang kursi sang sopir, tak satupun dari penumpang yang tertarik dagangannya. Ahh…. saya jadi iba. Tapi perjalanan saya malam itu bukan untuk wisata ataupun mudik sehingga saya juga tidak membeli oleh-oleh khusus.
Akhirnya anak perempuan tersebut turun dari bis. Tetap dengan langkah perlahan. Namun dari wajahnya saya melihat tak sedikit pun tampak guratan kekecawaan karena dagangannya yang belum laku. Tampaknya dia adalah anak yang tangguh dan tak mudah menyerah.
Kemudian saya memikirkan salah satu murid saya di SMP yang mungkin bisa dibilang anak yang berkecukupan namun kurang baik dalam hal mensyukuri rezeki yang dipunya. Murid saya itu masih belum bisa berhemat sementara anak perempuan tadi mungkin untuk jajan saja harus menunggu dagangannya laku banyak.
Saya pun mengingat masa kecil saya. Ohh… saya tidak terlahir dari keluarga berada. Sejak kecil saya juga sering menjajakan dagangan tetangga atau emak saya terutama menjelang lebaran. Uang yang terkumpul tentu saja untuk “modal lebaran” baik untuk membeli baju baru, juga untuk membeli mainan yang hanya bisa saya beli saat lebaran.
Pastinya tidak hanya anak perempuan tadi yang bernasib seperti itu. Pasti banyak anak – anak Indonesia lainnya yang juga berjuang keras dalam hidupnya baik untuk membantu oranh tua maupun membiayai sekolahnya. Salah seorang tetangga saya dulu bahkan rela menjadi pembantu di Ibu kota propinsi demi melanjutkan sekolahnya jenjang SMA hingga kuliah.
Semoga anak – anak pekerja keras Indonesia masih ada. Sedangkan remaja-remaja hedon dengan gaya hidup mewah hanya ada di sinetron saja. Indonesia butuh pekerja – pekerja keras yang siap membangun negeri ini.
Jadi merinding bacanya mas.
Syukur saya masih diberi kecukupan sampai saat ini.
Nggak berlebihan taoi gak kekurangan juga.
Semoga anak2 indonesia bisa menjadi penerus bangsa yang gak mudah menyerah 🙂
Amiin…. 😉
hidup jaman sekarang emang keras gan.. ada yang beruntung ada juga yang tidak..
keras… namun pantang menyerah 😉
harus itu 😀 menyerah malah makin susah 😀 hehe
yap
Tapi sinetron2 sekarang bikin remaja2 itu mimpi nya terlalu tinggi dan merubah gaya hidup ketimuran 🙁
Makanya ga suka nonton Sinetron Indonesia. Mending nonton drama Korea ato serial tv Amerika
Banyak anak yang berusaha dengan cerdas seperti anak perempuan tadi, jadi anak-anak butuh kondisi khusus dan pengajaran khusus agar mereka memahami apa makna dunia yg menjadikan mereka menghargai hidup.
Setuju dengan Hanif.
Kondisi dan pengajaran harus ada untuk mengajarkan kerasnya hidup pada anak. Saya dulu tidak berkecukupan, tidak juga kekurangan, tapi sangat mengerti bagaimana berhemat.
Semoga bisa juga menerapkannya ke anak.
amin… 😉
Tantangan nih buat para orang tua