Candi Borobudur, Situs Buddha Terbesar di Asia Tenggara

By | February 1, 2014

Hari kedua di Jogja setelah semalaman menghabiskan waktu di Malioboro untuk sekedar menikmati suasana malam di Jogja dan mencari oleh – oleh, kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Magelang. Tak lain tujuan utama adalah untuk belajar sejarah di Candi Borobudur. Kami memulai perjalanan dari rumah Mba Fajar sekira pukul 8 pagi, setelah pamitan karena berencana langsung ke Solo untuk kemudian pulang. Ini pengalaman pertama ke Borobudur meski sudah beberapa kali ke Jogjakarta.

Jarak Gamping Tengah, Sleman ke Jogja dari GPS di handphone saya tidak terlalu jauh. Oya, sepanjang perjalanan Tangerang – Jogja – Bandung – Tangerang, GPS di handphone Android sangat membantu kami semua. Sangat merasakan sekali manfaat dari produk Google yang satu ini, GPS + Google Maps + Navigation. Dari GPS kami ketahui bahwa jarak perjalanan kami sekira 41 Km dengan perkiraan waktu tempuh 54 menit.

Benar saja, kami tiba di gerbang Candi Borobudur (setelah melewati Candi Mendut) belum jam 9 namun cuaca cukup cerah dengan panas matahari yang agak menyengat. Oleh bapak ketua Yayasan, kami dibelikan topi lebar untuk melindungi kepala dari sengatan sinar matahari. Tak lupa saya memakai jaket kesayangan Bayern Muenchen agar terhindar dari terbakarnya kulit karena saat itu saya mengenakan kaos tipis Superman :-D. Ini juga saran bagi teman – teman yang ingin berwisata ke tempat ini. Sangat disarankan membawa payung karena Borobudur terletak di atas bukit dimana di puncak candi kita tidak akan menemukan tempat untuk berleyeh – leyeh ria. Meskipun demikian, banyak orang yang menawarkan topi serta payung di luar maupun di di bagian dalam lingkungan candi.

Foto Berlatar Borobudur

Foto Berlatar Borobudur

Tiket masuk ke Lokasi Candi tidak bisa dibilang murah, namun tidak juga mahal untuk sebuah tempat wisata. Sebelum masuk, kita diharuskan membeli tiket seharga Rp. 30.000,00 per orang. Syukurnya tidak perlu mengantri lama ketika saya disana meskipun ternyata pengunjungnya sangat ramai (Akhir pekan,Hari Sabtu). Kemungkinan besar, pengunjung rombongan yang beratus – ratus yang datang dari mana saja tersebut (Biasanya rombongan pelajar) tidak membeli tiket di loket utama.

Di Luar Ekspektasi Saya

Candi Borobudur tidak hanya terkenal di Indonesia saja melalui pelajaran IPS ataupun sejarah di sekolah – sekolah. Candi ini terletak di desa Borobudur, Kabupaten Magelang. Dulu sewaktu kecil, saya hanya bisa membayangkan saja bentuknya seperti apa. Bayangan saya tentu saja Candi ini sangat besar dan luas serta tinggi. Waktu kecil tidak pernah terlintas dalam benak saya bisa menginjakkan kaki di Candi tersebut mengingat lokasi tempat tinggal saya yang sangat jauh dari Candi Borobudur, bahkan pulau Jawa. Jadi, saya sangat exited sekali dalam perjalanan ini.

Terlihat Luas dan Tinggi

Terlihat Luas dan Tinggi

Ternyata semuanya di luar ekspektasi saya. Candi Buddha terbesar di Asia Tenggara ini tidak terlalu luas (tentu dari bayangan saya). Luasnya hanya sekira 100-an meter persegi (Dari om Wiki didapat luasnya 123 x 123 m) dengan ketinggian 35 m. Mungkin saya banyak melihat gambar – gambar di buku sejarah yang memperlihatkan betapa mungilnya para wisatawan di puncak candi, dilihat dari bawah atau jarak jauh. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di puncak, setelah melewati tangga dan serangkaian gapura sejak dasar hingga puncak.

Sebelum naik ke Candi, sebagai pengunjung kita diharuskan memakai kain dipinggang yang sudah disiapkan di pos – pos sebelum gerbang Candi. Kain tersebut hanya tingga diikatkan. Untuk laki – laki diikatkan ke sebelah kanan, sedangkan perempuan di sebelah kiri.

Dari Turis Lokal hingga Mancanegara

Anak - anak sedang merayu turis agar mau difoto

Anak – anak sedang merayu turis agar mau difoto

Selain rombongan mahasiswa dan pelajar, Candi Borobudur dikunjungi oleh wisatawan asing. Ini yang dimanfaatkan banyak pelajar dari berbagai wilayah di Indonesia. Candi Borobudur adalah tempat berburu bule untuk mengasah kemampuan berbahasa Inggris atau bahasa Asing lainnya. Tak terkecuali bagi anak – anak didik saya. Mereka mendapat tantangan untuk mengajak minimal satu bule laki – laki dan satu bule perempuan untuk berfoto bersama. Dan mereka menyelesaikan tantangan tersebut (dengan bantuan saya, hahaha). Saya pun tak menyia – nyiakan kesempatan tersebut untuk ngobrol sebentar dengan bahasa Inggris dengan bule – bule tersebut. Dari obrolan tersebut saya mengetahui mereka berasal dari Swedia, Belanda, Korea, dan China. Mungkin masih banyak yang lain, karena tidak semua bule bisa kita minta satu – satu untuk berfoto bersama.

Yang menarik lagi, ada kejadian yang bikin saya menahan tawa sejadi – jadinya. Saat sedang berkeliling di sekitar stupa dan bernarsis ria, tiba – tiba saya diajak berfoto oleh seorang bapak dari Madura yang membawa dua anaknya. Ahh… bapak ini bikin saya speechless :-D. *Terima kasih pak, sudah ajak saya berfoto, maaf saya lupa namanya. Kami berkenalan dan beliau bercerita tentang jembatan Suramadu serta mengajak saya kesana. Nah, dampak dari berfoto inilah yang membuat saya menahan tawa. Setelah berfoto, tiba – tiba saya dikerumuni oleh banyak pelajar yang minta tanda tangan.

O My God. Kejadian macam apa ini? Saya dikira Turis dari Jerman. Mereka mengajak saya berbicara dalam bahasa Inggris *syukurnya bukan bahasa Jerman ya. Saya pun sibuk narsis menanda tangani semua kartu yang mereka sodorkan. Hhohoo. Tak sampai disitu, ketika akan turun, banyak pelajar putri yang sibuk minta tanda tangan saya, yang dengan tegas saya tolak. “Sorry girls, I’m from Indonesia” *hahaha, sok jual mahal sedikit.

Hahaha, Turis Jerman diserbu Fans

Hahaha, Turis Jerman diserbu Fans

Ayo Jaga Peninggalan Sejarah

Candi ini sangat menarik karena berbeda dengan candi lainnya yang dibangun di tanah datar, Borobudur dibangun di atas bukit berketinggian 265 m. Candi ini pula beberapa kali sudah mengalami pemugaran karena batu – batu penyusunnya yang rusak baik oleh fenomena alam (Seperti gempa bumi, Erosi, atau gunung meletus) maupun oleh tangan – tangan jahil (Vandalisme atau pengrusakan oleh pengunjung). Beberapa batu sudah diganti (ditandai dengan tanda titik putih). Yang menyedihkan lagi banyak bagian – bagian Arca Buddha yang tidak lengkap lagi. Ada tangannya yang hilang, bahkan ada kepala Buddha yang hilang. Sayangnya meskipun banyak peringatan (baik tertulis maupun melalui pengeras suara) untuk tidak menyentuh apapu, duduk di stupa, atau mencorat – coret Relief, tetap saja banyak pengunjung yang tidak mengindahkan L. Selain itu, tercatat dalam sejarah bahwa Candi Borobudur pernah dibom oleh kelompok ekstrem pada tahun 1985.

Relief yang Bercerita

Relief yang Bercerita

Saat ini, Borobudur merupakan pusat ziarah agama Buddha. Perayaan Hari Raya Waisak diadakan secara besar – besaran setiap tahunnya. PR besarnya adalah menjaga agar warisan budaya ini tetap ada dan menjadi kebanggaan kita semua.

Galeri

24 thoughts on “Candi Borobudur, Situs Buddha Terbesar di Asia Tenggara

  1. farizalfa

    Sampe sekarang belum juga gue pernah ke situs budha yang satu ini. 😀
    juga gak ada niat sih sebenar nya. haha

    Reply
  2. Yudi

    Dari kecil selalu diceritain soal Borobudur, trus baca-baca di buku, sampai menjadi pemirsa setia sinetron action yang mengambil latar pembangunan Borbudur… tapi sampai sekarang belum kesampaian… 🙁

    Reply
  3. mang-mlebet

    wah blogger bule nih :D..
    mengingatkan saya waktu SMP berkenalan dengan Bule untuk mengasah bahasa inggris juga, tapi lokasi kunjungan saya di Candi Prambanan haha.. 😀
    Salam..

    Reply
  4. yuniarinukti

    Saya sudah pernah ke Borobudur Bang, 2 kali.
    Sesuai pengalamanku kalau ke Borobudur mending diatas jam 3 sore supaya gak terlalu panas.
    Ngomong-ngomong harga tiket, jujur aja memang mahal hihi.. harga tiket itu sama dengan harga tiket di Candi Prambanan..
    Malahan buat turis harganya beda lagi, 50ribu kalau gak salah..

    Reply
    1. bangsaid Post author

      betul… harganya beda untuk turis asing.
      Di atas jam 3 masih buka ya? Kemarin kurang memperhatikan 😀

      Reply
  5. Nunu el-fasa

    Jogja……. kapan ya terkahir kali ke borobudur… hmmm kelas 3 smp. Byuh byuh…. 12 tahun lalu, kalau ke jogja akhir tahun 2011.

    Reply
  6. Jarwadi MJ

    wew, itu landscape candi borobudur yang dipotret dengan lensa wide ya mas? berapa mm?

    untuk memudahkan perjalanan saya juga menggunakan smartphone, saya biasanya langsung akses map dari google now

    btw sudah nyobain waze, turn by turn gps navigation socmed?

    Reply
    1. bangsaid Post author

      Ngga mas. Semua foto saya disini modal hape sajah 😀
      Waze itu semacam Google Maps?

      Reply
    1. bangsaid Post author

      Belum pernah liat perayaan Waisak di Borobudur baik melalui tv maupun langsung kesana sih mas 🙂

      Reply
  7. ronal

    Bang Said aku belum pernah kesana 🙁
    PAdahal waktu jaman kuliah dulu aku sering main ke Yogya..pengen sih suatu saat kesana ngajak anak istri 😀

    Reply
  8. Yos Beda

    Brodobudur itu mau difoto dari angle mana aja kok leihatan bagus ya mas, mau difoto close up, mau di landscapin, mau di portrait :v

    Reply
    1. bangsaid Post author

      Bagus sih… berhubung akunya masih belajar motret ya hasilnya gitu2 :))

      Reply
  9. jelly gamat gold g

    kapan ya bisa menjijakan kaki di borobudur, sayang sekali saya cuma membaca buku dan hanya melihat di televisi doan ,, suatu impian pergi ke sana

    Reply
    1. bangsaid Post author

      Jadikan mimpi & cita2… INsyaAllah bisa.
      Dulu saya jg hanya bermimpi dan akhirnya bisa

      Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *