Ketika Si Kecil Ngomongin Pacar

By | December 5, 2013

Pagi itu ketika baru saja memarkirkan kendaraan di halaman sekolah, Patih salah satu muridku di kelas satu memanggil pelan.

“Pak Said, sini dong. Salim…,” dia menarik tanganku kemudian menjabat dan menciumnya.

“Assalamu’alaikum,” sapaku.

Patih menjawab salamku, kemudian menarik pundakku dan mengarahkan tanggannya ke telinga pertanda ingin membisikkan sesuatu.

“Pak, hari ini aku bawa sayur jamur,” bisiknya pelan.

“Alhamdulillah… semakin suka sayur ya,” aku menanggapinya pelan sambil melepaskan sarung tangan dan masker yang masih di mulut.

Aku ingin beranjak menuju kantor, tapi Patih masih menarik tanganku dan berbisik lagi.

“Pak, aku mau nikah lho.”

Deg! Nikah? Keningku berkerut.

“Sama Dita, pacar aku,” sambungnya lagi.

Kaget, tapi aku berusaha menguasainya. Aku pun tersenyum. Dan menatapnya sambil berjongkok serta memegang tangannya.

“Oh… iya. Memang nanti kalau sudah dewasa orang – orang akan menikah,” aku menanggapinya tidak berlebihan tapi cukup serius. “Menikah itu hanya dilakukan oleh orang yang sudah dewasa seperti Pak Said, Pak Adji, atau Bu Yuyun.”

“Kalau Patih, anak – anak atau dewasa ?” tanyaku.

“Anak – anak,” jawabnya.

“Nah… sudah boleh menikah atau belum?”

“Belum.”

“Alhamdulillah… Patih mulai paham,” aku memeluknya. “Sampai ketemu di kelas ya…”

Patih, saat ini berusia 6 tahun lebih dan sebentar lagi 7 tahun. Ada lagi siswa lainnya yang sepantaran Patih, perempuan, namanya Zahra. Yang terakhir in juga lebih sering bicara pacar. Bahkan beberapa kali di awal kehadirannya di sekolah, Jurnal paginya selalu diisi oleh ceritanya yang bermain dengan pacarnya. Hehehe.. lucu, tapi ini serius.

Kasus si kecil bicara pacar ini nyata dan terjadi di dekat saya. Mungkin mereka sebenarnya belum paham apa itu pacar, dan apa itu menikah. Tapi tetap saja pertanyaan atau pernyataan anak baik bahasa lisan maupun bahasa tubuhnya harus ditanggapi dengan benar dan ilmiah. Justru ini merupakan momen untuk mengalirkan ilmu pengetahuan pada mereka. Seperti yang saya lakukan, saya menginformasikan bahwa Menikah itu hanya untuk orang – orang dewasa. Kita juga bisa menambahkan informasi lain yang dapat menambah wawasan mereka, namun tetap jujur dan fakta. Sangat tidak disarankan untuk berbohong pada anak, dengan alasan apapun.

Tak dapat dipungkiri, televisi punya pengaruh besar terhadap perilaku anak yang seperti ini. Jaman saya sekolah dulu, pacar – pacaran anak SD itu hanya olok – olokan dengan teman. Itu pun marah. Berbeda sekali dengan apa yang dipertontonkan di televisi. Ketika anak usia sekolah dasar memberikan perhatian lebih pada lawan jenisnya. Di suatu kesempatan saya malah sempat menyaksikan adegan anak SD yang membelai lawan jenisnya di sebuah sinetron televisi swasta yang cukup terkenal. Adegan lebih parah di sinetron lainnya ketika seorang anak laki – laki mencium pipi teman perempuannya. Bagi saya ini sangat berbahaya karena sinetron dengan bintang anak – anak tersebut justru ceritanya tidak ramah bagi anak.

Pernah juga, salah seorang murid saya di kelas dua mencium teman – teman sekelasnya laki – laki maupun perempuan. Saya pun berbicara padanya bahwa kita memang boleh mencium orang lain.  Karena ciuman itu memang tanda sayang. Tapi tentu saja itu hanya berlaku untuk lingkungan keluarga seperti anak kepada ibu atau sebaliknya, atau antara ayah dan ibu. Alhamdulillah, sang anak mengerti dan tidak pernah mengulangi perbuatannya sampai saat ini.

Jadi ketika mendengar si kecil bicara pacar, jangan buru – buru marah atau segera tertawa terbahak – bahak. Cukup tersenyum, lalu alirkan informasi yang benar untuknya. Insya Allah, dia akan belajar banyak. Selain itu, penting juga bagi orang tua untuk memilih tayangan yang baik bagi anak. Syukur – syukur bisa menemani aktivitas anaknya ketika menonton televisi.

12 thoughts on “Ketika Si Kecil Ngomongin Pacar

      1. Zizy Damanik

        Benar tuh kata Gie. Anak-anak kebanyakan nonton tv yg isinya sinetron jadi cepattt aja gitu adptasinya. Musti hati-hati dan telaten menerangkan pada mereka…

        Reply
  1. wawan

    Dulu, waktu saya kelas 2 SD juga sudah mulai suka lawan jenis di kelas. Peran guru sangat penting untuk memberitahu yang benar.

    🙂

    Reply
  2. Yudi

    Media informasi sekarang jauh berkembang dibanding dengan jaman Bapak Ibunya waktu masih anak-anak dulu… 😀

    Reply
    1. bangsaid Post author

      Sayangnya musti pinter2 suapaya ga kebawa ke arah yang negatif

      Reply
  3. fauzie

    Miris juga ya, lihat anak2 zaman sekarang. Jangan sampai mereka dewasa belum pada umurnya. Tugas orang tua dan para guru semakin besar, kita harus bisa membimbing dan mengarahkan mereka dengan baik

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *