Membangun Kemampuan Mendengar Anak

By | September 24, 2013
Meskipun mendengar menjadi salah satu aspek pembangunan domain bahasa dalam pendidikan, hal ini kerap diabaikan. Kebanyakan sekolah lebih menekankan pada pembangunan keterampilan keaksaraan seperti membaca, menulis, dan berbicara. Padahal ada pepatah yang menyebutkan jika Bicara adalah perak, maka Mendengar adalah emas. Mendengar juga merupakan aspek komunikasi yang penting agar proses penyampaian pesan berjalan dengan optimal.

Menjadi pendengar yang baik memang langka. Di beberapa seminar, terlihat benar jikalau tak banyak orang yang memiliki kemampuan mendengar yang baik. Hal ini terlihat dari banyaknya yang tetap berbicara sendiri atau dengan kelompoknya di saat pembicara sedang menyampaikan materi. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk membangun kemampuan mendengar pada anak sedini mungkin mengingat orang yang benar – benar mendengarkan (melakukan kontak mata, menunjukkan minat, dan menahan diri untuk tidak memotong pembicaraan orang lain) dalam percakapan akan lebih disukai dan dihormati.
Di sekolah kami, mendengar adalah sebuah kewajiban dan menjadi aturan. Hampir di semua sentra (tempat belajar anak) terdapat aturan ‘mendengar’. Kemampuan mendengar pun senantiasa dibangun di setiap kegiatan main atau kerja anak. Setiap guru berkewajiban membangun kemampuan mendengar anak di setiap kegiatan yang dirancang mulai dari pembuka hingga akhir kegiatan. Di kegiatan Recalling (Menceritakan kembali kegiatan yang dilakukan) misalnya, anak diajak untuk mendengar teman lain yang sedang berbicara agar dapat belajar dari teman. Penting juga bagi guru untuk terus memberikan pijakan bagi anak bahwa dengan mendengar, informasi yang disampaikan orang lain dapat diterima dengan baik.

Selain itu, untuk membangun kemampuan mendengar pada anak ada beberapa hal yang bisa dilakukan, seperti :

1. Katakan Sekali
Tentu saja mengulang – ulang instruksi beberapa kali akan membuat kegaduhan sendiri di dalam kelas. Selain itu, murid akan berpikir bahwa tidak perlu mendengar untuk yang pertama kali karena toh nanti akan diulang oleh gurunya lagi. Tapi pastinya kita tidak ingin membuat siswa kita malah tidak melakukan apapun karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Untuk menyiasatinya, kita bisa memberi batasan dalam bertanya (tentang instruksi atau prosedur kerja). Misalnya, “Kamu boleh menanyakan instruksi tidak lebih dari 3 kali”.

2. Pesan Berantai
Permainan pesan berantai efektif untuk melatih kemampuan mendengar anak. Kita bisa menjelaskan atau berbicara dengan siswa pertama. Siswa tersebut kemudian diharuskan menjelaskan kepada temannya atau pasangannya apa yang disampaikan oleh gurunya. Lakukan berulang kali. Sembari siswa saling menjelaskan, kita bisa mengamati perkembangan kemampuan mendengar anak sekaligus kemampuan bicaranya.

3. Permainan Tanpa Suara
Permainan ini mengajak anak menanggapi pernyataan atau menjawab pertanyaan yang guru berikan hanya dengan bahasa tubuh. Misalnya, anak – anak dapat menjawab dengan isyarat jari. Telunjuk untuk abstain, ibu jari untuk setuju, atau kelingking jika tidak setuju dengan pernyataan guru.

4. Membuat Pertanyaan
Ajak siswa mendengar pidato atau film dokumenter yang sesuai dengan tema. Kemudian hentikan beberapa saat. Minta mereka membuat pertanyaan atas informasi yang diterima. Latihan atau kegiatan ini merupakan kegiatan lanjut karena, selama ini kita terbiasa mencari jawaban dari informasi yang kita terima. Sedangkan pada kegiatan ini, justru siswa diajak membuat pertanyaan. Hal ini dapat melatih tingkat konsentrasi dan kemampuan berpikirnya.

Namun yang lebih penting dari contoh – contoh di atas adalah, teladan guru. Bagaimana pun juga, anak akan mencontoh apa yang guru lakukan. Sebagai guru, biasakan juga mendengar apa yang anak bicarakan. Menatap wajah mereka saat berbicara akan membantu anak memahami bahwa mendengar adalah hal yang penting.

7 thoughts on “Membangun Kemampuan Mendengar Anak

    1. Said Rahman

      Kalau menurut pendapat saya, ya keliru mas.
      Soalnya anak akan selalu mengabaikan instruksi pertama karena dia tahu bahwa akan ada instruksi berikutnya

      Reply
    1. Fauzie

      mungkin karena cara penyampaian instruksi yang pertamanya kurang begitu mengena jadinya si anak tetap cuek hingga instruksi ke 2/3 baru mendengarnya

      btw ulasannya sangat bermanfaat, trims..

      Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *