Nasib tinggal di Jakarta adalah Macet. Setidaknya itu salah satunya. Jadi, jangan pernah mengeluh tentang macet jika memilih hidup di Jakarta. Tapi memang sih, tak ada salahnya berharap pada pemimpin Jakarta (wabilkhusus pak Jokowi dan pak Ahok) untuk menuntaskan kemacetan Jakarta yang telah berlangsung lama.
Meskipun macet menjadi ‘rutinitas’, adakalanya macet disebabkan oleh aksi unjuk rasa atau demonstrasi yang kerap dilakukan di Jakarta sebagai pusat pemerintahan negara. Nah jika penyebabnya hal ini, dipastikan selain macet total juga sering berujung dengan kerusuhan. Seperti hari ini, para perangkat desa yang tergabung dalam Aliansi Perangkat Desa, berunjuk rasa di depan Gedung DPR/MPR.
Saya memang tidak berada di sana hari ini. Tapi menyaksikan anarkisme yang dilakukan petinggi – petinggi desa ini di televisi, saya hanya geleng – geleng kepala. Miris dan sedih. Lha wong petinggi desanya saja rusuh seperti ini, bagaimana warganya? Jadi jangan heran kalau pertikaian antar warga di negeri ini luar biasa (Terakhir di Lampung).
Anarkisme sesungguhnya merugikan banyak orang. Demonstrasi hari ini saja sudah melumpuhkan kota Jakarta. Blokir jalan yang dilakukan oleh pengunjuk rasa memaksa angkutan umum tidak bisa melewatinya. Akibatnya, para penumpang yang akan berangkat kerja atau urusan lainnya terpaksa harus berjalan kaki, naik ojek dengan tarif mahal, atau terlambat datang ke kantor. Belum lagi para sopir angkutan umum yang bisa kehilangan sekian rupiah setorannya.
Pendemo memblokir jalan dengan Api
Anarkisme para perangkat desa ini juga merusak fasilitas umum. Pagar di Senayan memang beberapa sudah diganti dengan beton. Tapi tetap saja pagar gedung yang masih menggunakan kawat dirusak. Padahal kan nanti memperbaikinya pakai dana APBD/APBN yang juga diambil dari pajak yang dibayarkan rakyat.
Unjuk rasa (yang meskipun tidak berakhir rusuh) yang dilakukan para pekerja tempo hari di JaTaBek juga sangat menggangu warga. Sweeping yang dilakukan oleh oknum – oknum sok jagoan sesungguhnya sangat meresahkan masyarakat. Bayangkan mereka yang harusnya tiba di tempat kerja dan bekerja dengan fokus jadi takut berangkat kerja. Mereka yang masih berada di pabrik/ tempat kerja jadi was – was untuk pulang. Entah rasa kesetiakawanan macam apa yang dituntut.
Akhirnya, saya hanya berharap anarkisme baik yang disebabkan oleh unjuk rasa maupun tidak segera berakhir dari bumi Indonesia ini. Kehadiran ormas – ormas yang katanya solusi Umat yang marak akhir – akhir ini tidak juga menjadi solusi membaiknya moral dan akhlak warga negara dan masyarakat. Sehingga, bisa saya katakan bahwa keberadaan mereka Useless (Tidak Berguna). Lebih baik mereka yang mengklaim diri paling benar berusaha memperbaiki sikap dan budi pekerti masyarakat agar cita – cita Damai dan Sentosa bisa tercapai.
Berikut foto – foto rusuhnya pendemo Petinggi Desa yang dipinjam dari detik.com dan tempo.co
Perangkat Desa, pipis sembarangan. NAJONG!!
Terpaksa memutar atau terlambat di kantor
Rusuh! Solusinya ya Gas Air Mata
saya semakin gak respek sama para pendemo apapun tuntutan mereka.. karena gak suka dengan caranya.. merugikan banyak org dan terlihat mementingkan diri sendiri.. terlebih suami sy bekerja di sekitar sana yg jelas sbg istri sy menjadi was2..
jujur , gara2 pedemo itu .
gw pulang naek ojek . .bisa kebayang kan.. begitu repotnya pakaian hantu kalau naek ojek .. #tragis
saya kok kadang kurangmengerti dengan jalan pikiran para perangkat desa itu ya, bayangkan saja, mereka itu sudah dibayar cukup tinggi, dikasih kendaraan dinas (walau cuman motor), bahkan kalo di daerah saya (ga tahu kalo di daerah lain), mereka para pejabat desa diberi yg namanya bengkok, yaitu lahan pertanian yang bisa diambil hasil tanamannya…
Eh, masih aja demo minta diangkat jadi PNS
heran deh orang ini mengaspirasikan suara mereka dengan demo dan kerusuhan. Lah wong sekarang sudah ada dunia online gitu. Buat komunitas dengan bersuara di media tetep akan didengar kok. Jangan demo yang seraca mewakili rakyat tapi malah merugikan. hmmm..
Betul… wah, dulu saya juga kerja selalu lewat senayan dan ngerasain yang namanya jalan di blokir
ĦăªĦăĦăĦăª
Emang pake pakaian Kunti apa Poci?
Naahhh…
Betul mas. Dapet motor dinas. Eh minta diangkat PNS.
Kerja cuman ongkang2 kaki sama nandatangan.
Sedangkan pak RT sibuk sama warganya, mendata dan lain sebagainya
Hap..hap
Mungkin rata2 ga ngerti dunia online. Jadi hapenya yang Blackberry itu cuman dipakai Sms sama telpon #heh
biasanya yang bikin rusuk itu pendemo yang dibayar
Tanpa mengurangi hak setiap warga negara utk menyatakan pendapat di muka umum, demonstrasi berbau anarkhis yang bisa menimbulkan kerusakan harus dicegah. butuh kesadaran para pendemo. Toh demo dg cara yang baik dan santun justru akan menimbulkan simpati banyak orang, apalagi di jakarta yg terkenal super-macet.
ya gini lah.. sekarang demo dengan turun ke jalan dan anarkis dah jadi jalan untuk menyampaikan aspirasi.. Tapi jujur aja kalo aku nggak suka dengan demo2 gitu.. apalagi klo yang sampe blokir2 jalan.. dengan alasan memperjuangkan hak orang banyak tapi malah merampas hak pengguna jalan..hmmm ^_^
Oyah?
Mungkin ya mas. Minimal dibayar sama nasi bungkus. Wkwkwk
PR pak… gimana supaya pendemo sadar kemudian menyampaikan asprirasinya secara elegan
Jadi enaknya diapain yang suka demo begitu ya? 😀
seharusnya pendemo lbh sadar bahwa aksi mreka terlalu jauh, melenceng ,,
blm tau cara demo yg seharusnya , seingga mngakibatkan yg namanya anarkis ,,
hampir setiap demo berlangsung anarkis ,,
mungkin hal ini mesti di cegah ,, krn akan merugikan khalayak umum ,, atau masyarakat ..
terimakasih
Sangat merugikan. Makanya saya ga suka sama demonstran