Dunia pendidikan kembali gempar. Setelah cerita ‘Isteri Simpanan’ di buku anak SD, sekarang malah ditemukan gambar Miyabi/ Maria Ozawa (Artis Film Porno dari Jepang, siapa sih yang ngga kenal *heheeh) di buku LKS Bahasa Inggris SMP.
Lembar Kerja Siswa yang menampilkan foto artis asal Jepang ini terletak di halaman 36. LKS diterbitkan CV Sinar Mulia beralamat di Kecamatan Mojosari, Mojokerto. Tidak hanya foto Miyabi, di LKS tersebut juga ditemukan foto artis Indonesia lainnnya semacam Olga dan Anang-Ashanty *sesuatu yang menurut saya sangat ngga penting
Parahnya lagi, LKS tersebut digunakan oleh sebuah sekolah islam di Mojokerto. Kepala sekolahnya sendiri sudah dimingta keterangan dan hanya berkomentarbakan menarik LKS tersebut.
Untuk Apa LKS ?
LKS (Lembar Kerja Siswa) biasanya digunakan para guru untuk mengevaluasi belajar para muridnya. Yang pernah sekolah tentu tahu, kebanyakan LKS berisi rangkuman materi dan soal – soal latihan yang jumlahnya seabrek – abrek. Dan biasanya guru kerap menyuruh murid untuk menuntaskan ssemua soal di buku LKS dalam waktu singkat sebagai pekerjaan rumah bahkan di sekolah. Saat ini penggunaan LKS sudah sangat populer bahkan sampai ke jenjang pendidikan dasar (SD).
Kebanyakan LKS dicetak oleh penerbit lokal yang juga belum terkenal. Sehingga wajar pengawasan isi LKS sangat minim. Bahkan, ada LKS dibuat seadanya sehingga isinya jauh dari apa yang diharapkan.
Herannya tidak hanya sekolah swasta yang menggunakan LKS tapi juga beberapa sekolah-sekolah negeri mewajibkan anak didiknya membeli LKS. Entah karena dorongan nurani, atau mungkin deal–deal an pihak sekolah dengan penerbit untuk memperoleh pemasukan tambahan. Agak miris memang kalo memikirkan alasan kedua.
Tapi yang pasti berdasarkan pengalaman saya, penggunaan LKS tidak memotivasi siswa untuk rajin belajar. Yang ada mereka merasa terbebani dengan jumlah soal yang banyak. LKS juga membuat para Guru menjadi tidak kreatif karena hanya mengandalkan soal – soal kognitif terbatas dalam mengevaluasi belajar siswa.
Sekolah Tanpa LKS dan Buku Paket
Karena manfaat LKS tidak begitu signifikan, sekolah tempat saya mengajar tidak menggunakannya. Bahkan untuk kelas 1 dan 2 yang sudah full sistem belajarnya dengan Sentra (BCCT), kami tidak menggunakan buku paket sama sekali. Ada banyak alasan juga tantangan dalam menerapkan hal ini (Sekolah tanpa buku paket dan LKS) yang insya Allah akan saya bagi di tulisan berikutnya.
Materi ajar dibuat sendiri oleh guru berdasarkan tema yang sudah ditentukan. Ini juga membuat guru terus belajar dan kreatif menemukan pekerjaan apa yang dapat membuat anak belajar banyak serta memudahkan guru dalam mengevaluasi belajar anak.
sumber gambar : kaskus.co.id
Masya Allah, itu Miyabi disuruh ngapain ada di LKS?
Yang nyusun nggak kenal apa ya, sama dia?
Atau mungkin yg nyusun promotornya kali mba. Hehehe
Negara ini akan tambah kacau,kalau generasi mudanya tidak segera ditata. .
Harus mulai dari Usia Dini nya mas.
Mereka yang berada pada usia "Golden Age" yang harus menjadi perhatian semua pihak, supaya nanti dewasanya ngga kayak yang nyusun itu LKS 😀
@Said Rahman, *promosi terselubung* ups
Hahahah… promoyotnya tuh penyusun LKS nya
yang nyusun penggemar Miyabi haha
Hahaha… bisa jadi
Iya nih, parah banget, bahkan sekarang muncul lagi LKS dengan kata-kata seronok, padahal kasus LKS miyabi belum juga selesai, memang pembuatan LKS harusnya dinasionalisasi
Kalo perlu *dibasmi* aja LKS
Lagian LKS hanya jadi beban bagi murid