Anak Belajar
Ada yang menarik dari hasil evaluasi bulanan anak – anak (siswa yang saya ajar) saya di kelas 3. Terutama untuk mata pelajaran Matematika yang saya ampu. Perbedaannya sangat kontras sekali. Kelas 3A yang menurut sebagian besar guru adalah kelas yang mudah diatur dan diisi oleh anak – anak dengan prestasi akademik yang baik, justru memperoleh hasil yang kurang baik dari kelas 3B yang “aktif” (Baca : dicap nakal oleh orang yang ngga ngerti).
Saya sendiri memang lebih nyaman di kelas 3B meski memang harus kerja ekstra. Sejak awal semester pertama memegang anak – anak ini saya sudah membedakan strategi belajar dari dua kelas. Anak kelas 3A yang cenderung “penurut” lebih banyak beraktifitas di dalam kelas. Sedangkan kelas 3B karena banyak sekali anak – anak yang aktif baik kinestetik maupun mulutnya lebih banyak bermain (baca : belajar) di luar kelas.
Sempat juga diprotes oleh anak – anak 3A karena menurut mereka tidak adil. Akhirnya karena saya selalu mencoba berterus terang bahwa kebutuhan setiap anak berbeda, mereka mau belajar memahaminya.
Kembali ke hasil evaluasi kelas 3A yang kurang memuaskan, saya jadi berkaca. Ada yang salah dengan saya. Kenapa anak – anak yang menurut sebagian besar guru merupakan anak penurut justru mendapatkan hasil yang lebih rendah ? Apakah memang saya berlaku tidak adil pada anak – anak ini? Padahal saya berusaha menyesuaikan kegiatan dengan kebutuhan anak – anak.
Dan hari ini ketika saya menggantikan guru Bahasa Inggris yang sakit mengajar di kelas 3A, saya mulai sadar. Anak – anak ini juga butuh bergerak bebas mengekspresikan dirinya. Materinya tadi kata tanya “Who“. Setelah saya memberikan pijakan awal beberapa kata kerja, saya mengajak anak – anak berkeliling sekolah secara bebas untuk mengamati setiap kelas dan melihat apa yang terjadi di kelas lain. Hasilnya? Luar biasa… Setiap kegiatan di dalam kelas tercatat sempurna oleh anak – anak, bahkan dari anak yang “kurang” sekalipun.
Mrs Eti is teaching
Qiral is speaking
Nanu is painting
Andika is Drawing
Mr Aji is walking
Brother Rafli and friends are singing
Setiap anak mendapatkan lebih dari 7 kalimat yang kemudian siap dibuat menjadi kalimat tanya menggunakan kata tanya “Who”. Dan tak lebih dari 5 menit, setiap pertanyaan beserta jawaban berhasil dibuat.
Who are reading with Mrs Harmi ? Rijal and Deo
Who is talking with friend ? Fatur
Who is calling ? Mr. Toni
Dari kegiatan ini saya paham, ternyata anak – anak ini butuh bergerak bebas. Anak seusia mereka (9-10 tahun) memang sedang masanya meningkat koordinasi geraknya. Jadi jika belajar hanya duduk diam di kelas tentu tidak akan menjadi menarik. Anak – anak seusia ini juga memiliki rasa ingin tahu yang mulai berimbang dengan intelektualitasnya. Sehingga pengajarn direct guru berceramah di kelas, sangat tidak disarankan.
![Belajar Menyenangkan Belajar Menyenangkan](https://3.bp.blogspot.com/-wwwSW3DMe7I/TmeeaHT0gKI/AAAAAAAAApE/RnjX6fIKhEE/s1600/tahukah+gaya+belajar+anak+anda.jpg)
Belajar Menyenangkan
Ah… maafkan bapak ya anak – anak yang telah berlaku tidak adil ๐ (Padahal di konsep pecahan yang diajarkan di Matematika, saya selalu menyampaikan dasar Tauhid QS. An – Nahl :90 tentang berlaku adil). Terima kasih anak – anakku yang telah mengizinkan bapak belajar banyak dari kalian.
Sabar dalam mendidik anak. .dan terus berusaha . . Insyaallah . .PASTI Dibantu Allah . .
Amin…
Trims
Iya, pelajaran sambil main bisa jadi solusi yang cerdas, Pak Guru.. ๐
Memang anak usia dini harus banyak bermain mas Gie
Terima kasih ๐
@Said Rahman, Saya harus banyak belajar di sini nih.. ๐
Sama2 mas Gie. Saya jg senantiasa belajar dr mas Gue dan teman2 blogger
memang begitu katanya, salah satu kebutuhan anak usia dasar adalah bermain, berarti kebebasan yg menyenangkan tetapi tetap mengandung pelajaran.
Main yg bermanfaat ๐