Semua Anak Cerdas, Tak Ada Anak yang Bodoh

By | December 6, 2011

image

Special Moment dalam mengajar merupakan suatu kondisi khusus yg dirasakan guru terhadap hal – hal tertentu. Dan hari ini saya mencatat special momen tersebut.

Saya spechless… Haru dan hampir meneteskan air mata. Sesuai jadwal hari ini adalah Ujian Semester untuk mata pelajaran Matematika yang saya ampu. Ini jadi proses uji dan evaluasi buat saya untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan saya mengajar. Apalagi soal – soal ujiannya bukan saya yang membuat, melainkan dari DikNas.

Dan mulailah ketika usai saya memeriksa hasil ujian anak didik saya dimulai dari kelas terendah ( kelas tiga).

Selama ini di kelas tiga, saya mencoba berimbang meski tentu saya menyesuaikan gaya belajarnya. Untuk kelas 3A yang menurut sebagian besar guru lebih baik dibanding kelas 3B, saya menerapkan pembelajaran visual  dan auditory yang lebih mengedepankan sedikit ceramah yang dibumbui dengan gambar – gambar yang menarik. Hasilnya tidak jauh berbeda dengan mid test.

Sedangkan di kelas 3B, karena anaknya sangat “aktif” (baca:nakal) saya menerapkan pembelajaran yang membuat mereka bekerja lebih banyak. Tapi hasilnya sungguh di luar dugaan. Justru di kelas ini yang tidak tuntas hanya beberapa orang saja.

Untuk kelas 4 saya sedikit keteteran dengan banyaknya materi yang harus diajarkan sementara waktu belajar banyak berkurang gara – gara persiapan proses Akreditasi sekolah.

Yang membuat saya speechless, dimana anak – anak mampu mengerjakan soal – soal yang ketika belajar saya hanya mengajarkan sedikit saja. Sungguh luar biasa, karena saya hanya mengajarkan konsep melalui praktik dan proyek tanpa fokus mengerjakan soal – soal latihan di buku.

Yang paling membuat haru adalah anak – anak kelas 5. Dari 25 anak, hanya 3 orang yang belum tuntas. Itu pun selisih nilainya dari KKM hanya 0,6.

Ahhh… Mereka ini luar biasa.

Jujur, saya sedikit khawatir anak – anak ini tidak bisa mengerjakan soal Ujian Akhir. Pasalnya dulu saya sempat ‘ngambek’ sama mereka gara-gara tidak mengerjakan tugas yang saya berikan. Hingga saya keluar kelas dan baru masuk setelah mereka meminta maaf dan mengumpulkan tugasnya.

Setelah kejadian itu, mereka jadi tambah dewasa dan bertanggung jawab. Dan saya selalu bersemangat masuk ke kelas serta selalu merancang pembelajaran yang menarik untuk mereka.

Kami pernah sama-sama survey ke banyak toko kelontongan untuk mengajarkan mereka menghitung laba rugi dan menentukan harga jual barang. Kami juga pernah bermain lari karung dan balap kelereng di lapangan untuk belajar menghitung kecepatan serta menemukan hubungan antara jarak, kecepatan, dan waktu. Hebatnya anak – anak ini membuat kesimpulan sendiri sampai bertemu dengan rumusnya. Kala itu, kami bahkan membuat heran orang – orang yang sedang lalu lalang. “Koq belajar Matematika malah maen – maen tujuh belasan sih?” begitu pikir mereka.

Saya bangga, sangat bangga. Berharap saya bisa bermanfaat buat mereka anak – anak didik saya, selamanya.

Dan setelah ini masih ada satu semester lagi untuk terus memperbaiki diri. Karena saya sangat yakin, semua anak Cerdas. Tinggal bagaimana gurunya membimbing mereka agar lebih percaya diri, bahwa mereka Cerdas dan Bisa.

6 thoughts on “Semua Anak Cerdas, Tak Ada Anak yang Bodoh

  1. Kurnia Septa

    membaca tulisanmu ini, saya malu mas.
    kalah semangat dari kamu dalam hal keseriusan.
    makasih, sudah sedikit menyadarkan saya :

    Reply
  2. Said Rahman

    Ah… Biasa aja. Saya blm apa-apa. Baru berkecimpung di dunia guru selama 8 bln terakhir.

    Yg sedikit ini semoga menginspirasi pejuang pendidikan di berbagai belahan negeri ini

    Reply
  3. @9ede

    belajar matematika ga harus duduk di meja dengan urat menegang.. apa yang pak guru praktekkan sangat luar biasa.. seharusnya guru guru matematika (yang paling galak dipandangan murid) belajar dari anda..

    Reply
  4. jarwadi

    ide bahwa semua anak cerdas kalau tidak salah muncul dari Howard Gardner. Secara philosophy, ide ini sangat mulia dan tinggi.

    tetapi dalam banyak diskusi ide ini masih belum mampu menjelaskan keberadaan anak-anak kita yang katakanlah, mentally retarded, anak-anak yang berkecerdasan sangat terbatas.

    saya setuju kalau ada banyak cara untuk mengoptimalisasi belajar pada seorang anak

    Reply
  5. Said Rahman

    Lebih atau kurang cerdas memang bergantung dari cara pandang kita. Kalo Howard Gardner memandangkan kecerdasan tidak hanya pada satu sisi (ranah kognitif) namun juga secara majemuk (Visual, Spiritual, Intrapersonal, Interpersonal, dll).
    Berkecerdasan sangat terbatas di satu sisi, bisa jadi di sisi lainnya tidak

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *