Lebarannya Berbeda (Lagi)

By | August 29, 2011

Hilal

Jauh – jauh hari sudah seorang professor ahli astronomi univeritas terkemuka di Indonesia memprediksi bahwa lebaran tahun ini di Indonesia akan terjadi perbedaan lagi seperti sebelum – sebelumnya. Bahkan tempo hari ketua PBNU sudah memperkirakan lebaran tahun ini akan jatuh pada 31 Agustus 2011, yang tentunya berbeda dengan penetapan Muhammadiyah yang sudah jauh – jauh hari pula menetapkan lebaran akan jatuh satu hari sebelumnya.

Perbedaan (hampir rutin) ini disebabkan oleh berbeda metode penentuannya, melalui ru’yatul hilal dan hisab. Padahal sebenarnya menurut pak Tifatul Sembiring dalam kultwitnya tadi siang ru’yatul hilal maupun hisab saling melengkapi satu sama lain. Hisab merupakan metode perhitungan dengan memperkirakan kedudukan bulan. Sedangkan ru’yatul hilal merupakan pengamatan langsung baik melalui alat maupun tanpa bantuan alat terhadap posisi bulan untuk memastikan perkiraan kedudukan bulan yang dihitung melalui metode hisab.

Entahlah mengapa kemudian terjadi pemisahan penggunaan kedua metode tersebut. Singkatnya, perbedaan penentuan lebaran maupun awal puasa dikarenakan perbedaan penafsiran antara satu dalil dengan dalil yang lainnya. Perbedaan tidak terjadi di Indonesia, tapi antar Negara. Wajar lantaran setiap pemerintahan mempunyai wewenang dan hak dalam menentukannya. Tentunya melalui kaidah yang sesuai syariah. Contohnya terkadang Saudi dan Mesir terjadi perbedaan penentuan 1 Syawal. Namun umat Islam umumnya di kedua Negara tersebut kompak. Sesama rakyat Saudi maupun sesama rakyat Mesir tidak pernah terjadi perbedaan.

Kondisi ini sangat berbeda di Indonesia. Entah karena umat Islamnya terlalu kreatif, atau karena terlalu banyak umat Islam dan Ormasnya, atau mungkin tingkat kepedeannya terlalu tinggi. Yang pasti kita hamper selalu menyaksikan masing – masing Ormas mempunyai wewenang dan otoritas untuk menentukan 1 Syawal maupun 1 Ramadhan setidaknya untuk konstituennya sendiri. Sesuatu yang tidak pernah terjadi di berbagai negeri Islam lainnya. Wajar kalau sampai teman saya yang guru pernah bilang “Di Indonesia, seolah – olah surga sudah terkaplingkan”. Di berbagai Negara Islam lainnya, urusan penetapan seperti itu murni menjadi wewenang pemerintah. Masing – masing ormas tidak mempunyai hak untuk menentukannya.

Dan terkadang lucunya, antar ormas sendiri terjadi ketidakkompakan. DPW sebuah Ormas kadang tidak memiliki kesamaan keputusan dengan DPP. Masing – masing merasa lebih pintar untuk menentukan sendiri. Selain itu ada juga lho Ormas yang menginduk ke Saudi. Mau lebaran hari apa pun tetap ikut Saudi.

Tapi intinya apapun yang dikatakan oleh NU, Muhammadiyah, Persis, dan Ormas Islam lainnya tak lepas dari Ijtihad. Dan sebagai muslim kita wajib menghormati berbagai ijtihad yang dilakukan oleh ahlinya terlepas setuju atau tidak terhadap hasil ijtihad tersebut. Dan juga karena saya dan kita bukan ahli ru’yat maupun ahli hisab serta tidak memiliki ilmu apa – apa tentang hal tersebut, yang dapat kita lakukan hanyalah bertaqlid atau berittiba kepada ahlinya.

Karena kita juga bukan ahlinya, berdasarkan sebuah hadits :

Waktu shaum itu di hari kalian (umat Islam) bershaum, (waktu) berbuka adalah pada saat kalian berbuka, dan (waktu) berkurban/Iedul Adha di hari kalian berkurban.

Maka jadwal puasa kita mengikuti umat pada umumnya di suatu negeri. Kalau di Indonesia lebaran tahun ini besok Rabu ya ikut Rabu, Kebetulan saya ikut Ulil Amri Minkum. Jadi lebarannya ya Rabu 😀

Kewenangan penentuan Ramadhan dan Syawal oleh Pemerintah bukan tanpa dalil, justru kita menemukan begitu banyak dalil yang menegaskan hal itu. Bahkan para ulama sejak dulu telah menyatakan bahwa urusan seperti ini serahkan saja kepada pemerintah yang sah. Kalau pun pemerintah itu salah secara sengaja dan berbohong misalnya, maka dosanya kan mereka yang tanggung.

Al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Seseorang (hendaknya) bershaum bersama penguasa dan jamaah (mayoritas) umat Islam, baik ketika cuaca cerah ataupun mendung.”

Beliau juga berkata mengutip hadits nabi SAW: “Tangan Allah SAW bersama Al-Jama’ah.”

Untuk sahabat yang berlebaran besok selasa, saya ucapkan Selamat Idul Fitri Mohon Maaf Lahir dan Bathin.

dari berbagai sumber

Sumber Foto : Booscha

9 thoughts on “Lebarannya Berbeda (Lagi)

  1. ubay

    kalo udah tahu dibohongi tp ttp mau aja nurut, ya itu tindakan bodoh. membiarkan sebuah kejahatan terjadi bisa dikategorikan sebagai "accesory to a crime", juga bisa dikenai pasal penyertaan dan dikenakan hukuman pidana

    wallahu a'lam

    Reply
  2. Said Rahman

    Pemerintah itu liat hilal pake teknologi yg canggih.
    Keputusan Jama'ah insya Alloh selalu baik utk smua

    Indonesia ini lngkap kemundurannya sejak banyak orang2 kurang Ilmu tapi pandai berkomentar.

    Wallahu'alam Bis Showwab
    Hanya Alloh yg tahu siapa yg benar. Tidak perlu menyalahkan atau twrlalu pede dengan pendapat sendiri

    Reply
  3. Haryantoblog

    Kalau Bang said menganggap perbedaan yang terjadi di indonesia sebagai kekurangan, maka bang said berbeda pendapat dengan saya, justru di sini menunjukan kehebatan indonesia dan kedewasaan penduduknya.Bagaimana saling menghormati itu tercipta dengan baik.

    Kemunduran indonesia menurut saya karena hilangnya rasa bangga terhadap indonesia, terhadap ciri khas indonesia yang Bhineka tunggal ika

    Reply
  4. Haryantoblog

    Tambahin dikit lagi Bang Said,

    Soal hilangnya rasa bangga terhadap indonesia, terhadap produk indonesia, terhadap batik, terhadap lagu-lagu daerah,

    Lebih seneng pake barang import meski tidak lebih baik, tiap ada motor kalau buatan jepang langsung di borong, kalau buatan indonesia langsung mencibir padahal belum tentu,, pesawat aja lebih demen beli punya cinda meski ada PT DI,

    Reply
  5. seli

    alo udah tahu dibohongi tp ttp mau aja nurut, ya itu tindakan bodoh. membiarkan sebuah kejahatan terjadi bisa dikategorikan sebagai “accesory to a crime”,

    Reply
  6. Said Rahman

    Salah satu langkah menjaga keutuhan negara ini memang lewat Bangga terhadap produk dalam negeri, dan saya sangat setuju itu mas :-D. Hanya saja produk kita blm bisa diandalkan. Entahlah… saya dilema akan hal ini. Buat saya dalam membeli sesuatu lebih ke fungsionalitas dan purna jualnya (apalagi elektronik). Selebihnya termasuk soal merek ngga jadi pertimbangan sama sekali.

    Dan soal

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *