Perang Ketupat, benar – benar saling lempar Ketupat

By | June 27, 2011

Perang Ketupat dari namanya saja kita sudah bisa menarik kesimpulan bahwa ini adalah semacam pertempuran menggunakan ketupat. Perang Ketupat merupakan pesta adat masyarakat Desa Tempilang, kabupaten Bangka Barat, yang diselenggarakan pada pertengahan bulan Sya’ban. Oya, pertengahan bulan Sya’ban ya bukan awal bulan Muharram seperti yang ditulis oleh Wikipedia.

Trandisi Perang Ketupat di Desa Tempilang

Trandisi Perang Ketupat di Desa Tempilang

Tahun ini rencananya Perang Ketupat akan berlangsung pada tanggal 17 Juli mendatang. Seperti biasanya, acara adat ini selalu terpusat di Pantai Pasir Kuning, desa Tempilang.

Saya sendiri sebenarnya belum pernah secara langsung menyaksikan Perang Ketupat berhubung waktu dulu tinggal di Bangka, jarak dari rumah ke desa Tempilang cukup jauh. Tapi saya seringkali melihat foto – foto terbaru atau mendengar cerita langsung tentang Perang Ketupat dari tetangga saya yang kebetulan asli sana.

Tidak ada catatan sejarah yang pasti kapan tradisi Perang Ketupat pertama kali dimulai. Ada yang mengatakan bahwa Perang Ketupat dimulai sejak jaman penjajahan Portugis, ada juga yang berpendapat tradisi ini telah ada saat Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Namun yang pasti, Perang Ketupat telah dilaksanakan secara turun temurun dan tetap dilakukan hingga sekarang.

Sebagai wisata budaya, Perang Ketupat cukup menarik minat wisatawan lokal, nasional, maupun mancanegara. Buktinya, jika dulu hanya masyarakat sekitar desa Tempilang yang sering menonton saat ini pelaksanaan Perang Ketupat terbuka untuk umum dan diselenggarakan besar – besaran dengan disediakannya panggung serta area khusus penonton, panggung budaya, serta pentas hiburan dari artis – artis lokal maupun artis Ibu Kota.

Menurut para sesepuh desa, Perang Ketupat merupakan upacara adat yang dilakukan untuk memberi makan makhluk – makhluk halus di desa Tempilang agar tidak menjadi roh jahat. Upacara adat berlangsung selama dua hari dimana pada hari pertama upacara dilakukan pada malam hari. Upacara dimulai dengan beberapa tarian untuk mengiringi sesaji yang diletakkan pada semacam rumah – rumahan yang dikenal dengan nama penimbong.

Tari Serimbang

Tari Serimbang

Pada hari kedua, upacara dibuka dengan Tarian Serimbang. Dua dukun (Dukun Laut dan Dukun darat) akan memimpin upacara dengan membacakan mantra – mantra di depan 40 buah ketupat yang akan digunakan untuk perang. 20 orang pemuda pun sudah siap dengan duduk berhadap -hadapan di depan ketupat tersebut. Ketika mantra selesai, pemuda – pemuda tersebut akan berebut ketupat dan saling lempar hingga salah seorang dukun meniup peluit tanda Perang Ketupat usai.

Begitulah, dulu ketupat yang digunakan dalam perang benar – benar ketupat yang sering kita makan, ketupat dengan isi nasi. Namun sekarang untuk menghindari mubadzir, isi ketupat diganti dengan pasir pantai. Tapi pastinya tetap cukup sakit jika terkena lemparan ketupat.

Untuk menonton pesta adat ini, dari Bandara Depati Amir Pangkalpinang teman – teman masih harus naik kendaran umum atau taksi menuju desa Tempilang. Tidak tersedia tempat penginapan khusus disana begitu juga dengan rumah makan. Meskipun demikian, kita bisa bersilaturrahim ke rumah penduduk karena setiap Perang Ketupat berlangsung hampir setiap rumah penduduk menyediakan ketupat dan makanan serta camilan lainnya :-D.

 

sumbe foto : visitbangkabelitung.com

9 thoughts on “Perang Ketupat, benar – benar saling lempar Ketupat

  1. berry

    ya berarti ilmu pengetahuan kamu masih cetek,..
    kamu masih belum bisa membedakan yang mana tradisi adat, dengan kehidupan biasa,..!!

    Reply
  2. Said Rahman

    Terima kasih.. Karena saya msh butuh belajar makanya saya ga bilang saya paling pintar dan ilmunya paling luas.

    Dari tulisan saya bagian mana yg manyamakan tradisi adat dan kehidupan biasa?

    Reply
  3. Restu Panggabean

    Kebetulan domisili saya sekarang di Bangka Barat, Muntok.
    Hmm, sepertinya menarik untuk dilihat, sayang padahal kemarin sempat diajak teman untuk liat acara perang Ketupa ini, tapi lantaran sesuatu hal jadi batal.

    Salam kenal aja.

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *