Berbuat Baik Menuai Hal Baik

By | February 25, 2011
Berbuat Baik

Berbuat Baik

Hari ini khutbah di Masjid Al-Ikhwan luar biasa. Sekalipun tiap jum’at saya shalat di masjid ini (Bahkan setiap hari :-D), tapi kali ini saya menikmati khutbahnya. Apa pasal? Tak lain tak bukan, dikarenakan apa yang menjadi tema khutbahnya sejalan dengan prinsip hidup saya. “Berbuat Baik akan Menuai hal Baik pula”

Saya memegang teguh prinsip ini, insya Allah hingga akhir hidup saya nanti. Saya meyakinkan dalam hati bahwa sekecil apapun kebaikan yang kita buat, pasti Tuhan akan membalasnya. Sekecil apapun itu… Dalam kitab suci agama saya, Al-Qur’an, janji Allah tersebut dituangkan dalam surat Al-Zalzalah. Sehingga saya tidak akan pernah takut merasa rugi saat melakukan sebuah kebaikan. Dan ini bisa menjadi alasan bagi saya untuk ikhlas berbuat baik.

Beberapa waktu yang lalu saya mendengar seorang Ibu mengeluh.

“Bang, saya ini sudah banyak melakukan hal baik. Saya menghidari hal – hal yang mendatangkan keburukan baik untuk orang lain maupun untuk saya sendiri. Tapi saya merasa hidup saya masih seperti ini saja. Tidak ada perkembangan,” keluhnya.

Saya tersenyum.

“Bunda… Yakin Tuhan Maha Adil kan?”

Beliau mengangguk.

“Bunda yakin Tuhan Maha Kaya kan?”

Beliau menganggung lagi.

“Insya Alloh bunda, ketika bunda Ikhlas melakukan semuanya Tuhan akan membalas setiap kebaikan yang bunda lakukan. Jika saat ini bunda belum merasakannya, rahasiaNya sungguh luar biasa. Bisa saja nanti anak Bunda, Cucu, atau bahkan keturunan bunda lainnya yang akan mendapatkan balasan atas kebaikan Bunda. Percayalah, Tuhan tak pernah menyia-nyiakan hambaNya.”

Saya berani berucap seperti ini karena dulu saat SMA, guru Agama saya pernah cerita. Beliau, guru Agama saya itu, heran sekali karena semasa kuliah banyak sekali yang berbuat baik padanya. Bahkan Ibu Kos nya sudah menganggap beliau sebagai anak sendiri. Saat bulan Ramadhan misalnya, hampir setiap hari ada saja yang memberikan buka puasa untuk beliau. Selidik punya selidik, ternyata apa yang beliau peroleh adalah buah dari kebaikan neneknya. Dahulu, Neneknya selalu membantu anak – anak sekolah yang kos di kos-kosan miliknya.

Kisah lain seperti yang disampaikan Khatib dalam khutbahnya tadi, tentang Syekh Hasan Al Bana. Suatu ketika, Syekh Hasan Al Bana pulang mengajar ngaji di sebuah kota di Mesir. Dalam Perjalanan beliau terheran melihat seseorang yang melambai – lambaikan tangannya seakan meminta tolong. Namun, tak satupun yang mau berhenti menolong orang tersebut. Tapi kemudian Syekh Hasan Al Bana menghentikan kendaraannya. Ternyata bapak yang melambai – lambaikan tangannya tadi sedang kehabisan bahan bakar.

Beliau, Syekh Hasan Al Bana, kemudian membuka bajunya lalu mencelupkannya ke dalam tangki bahan bakar miliknya. Kemudian memindahkan bahan bakar di kendaraannya ke kendaraan bapak yang meminta tolong tersebut dengan memerasnya.

“Sekitar 2 mil lagi ada SPBU. Saya rasa, bahan bakar ini cukup mengantarkan bapak hingga kesana,” ucap beliau saat berpisah.

Beberapa tahun kemudian, ketika pemerintahan presiden Gamal Abdul Nasser, syekh Hasan Al Bana ditangkap. Namun, saat persidangan tiba – tiba Jaksa Penuntut Umum mencabut tuntutannya dan Syekh Hasan Al Bana. Jaksa penuntut umum di akhir persidangan menghampiri beliau.

“Ya syekh, apakah anda masih mengenal saya,” tanya sang Jaksa pada Syekh Hasan Al Bana.

“Maaf… saya lupa.”

“Anda pernah menolong saya saat saya kehabisan bahan bakar beberapa tahun yang lalu.”

“Subhanallah…” Syekh Hasan Al-Bana  menangis seraya memeluk sang Jaksa.

Luar biasa kasih sayang Tuhan. Contoh lainnya masih banyak… Insya Allah akan saya lanjutkan di lain kesempatan. Berbuat baik, PASTI menuai kebaikan pula.

6 thoughts on “Berbuat Baik Menuai Hal Baik

  1. isnuansa

    soal menolong, saya pernah melihat acara televisi yang menolak menolong orang yg kesusahan, dan biasanya justru orang yang kesusahan pula yang mau menolong.

    Reply
  2. bangsaid

    Amiin… semoga 😉
    Aku lah komen bang disitu 😀
    Sepengetahuanku sejauh Budaya dak bertentangan dengan syariah dak perlu dipermasalahkan.
    Lagian nganggung cuman cara memperingati dan bukan termasuk ritual ibadah dalam peringatan hari besar agama.

    Adapun memang esensi memperingati masih menjadi perselisihan.
    Meskipun demikian, ada baiknya kita menjauhkan semangat senang

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *