Dari Crop Circle sampai Pengumpulan Koin

By | January 26, 2011

Heboh… Negeri ini gampang sekali heboh 🙂 Setelah penemuan Crop Circle tempo hari di Sleman, sekarang juga ditemukan Crop Circle sejenis di Piyungan, masih di Jogjakarta. Tapi, bukan itu yang paling heboh. Ada lagi yang lain? Apalagi kalau bukan “Kenaikan Gaji Presiden”. Crop Circle dan kemudian wacana kenaikan Gaji Presiden ini malah membuat vonis “ringan” untuk Gayus menjadi tenggelam. Wajar saja kemudian muncul pernyataan bahwa ini semua pengalihan isu.

Lho, malah bahas politik ya 😀anak1[1]

Saya sebenarnya tidak tertarik dengan kenaikan Gaji presiden yang kemudian menjadi latah diikuti beberapa bupati yang menuntut kenaikan gaji. Tapi saya hanya tertegun ketika tadi pagi menyaksikan berita di televisi, betapa susahnya hidup seorang balita di Jakarta. Dia menderita tumor ganas di mulut, sehingga selalu menangis menahan sakit yang bukan main.

Balita itu tinggal bersama kedua orang tuanya dan dua kakaknya di gubuk reyot berukuran 1 x 4 meter di perkampungan kumuh di Jakarta Utara. Dan hingga saat ini belum ada uluran tangan dari pihak manapun.

Satu anak lagi yang menderita tumor ganas di kepala bagian belakang merupakan siswa salah satu Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) di Jawa Timur.

Lalu kaitannya apa dengan kenaikan Gaji Presiden?

Muncul fenomena pengumpulan koin. Dan pengumpulan koin yang dilakukan dalam rangka menyindir presiden ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat, tapi juga oleh pejabat – pejabat di Senayan. Khusus buat para pejabat, kok saya mikirnya munafik sekali ya. Beginilah mental pejabat – pejabat kita. Sibuk dengan kekurangan orang lain. Gampang sekali bereaksi atas kelemahan orang lain. Tapi jika kelemahan atau kekurangan mereka yang disinggung, pandai sekali mencari alasan (ngeles).

Pengumpulan koin oleh mahasiswa dan beberapa ormas juga menurut saya sesuatu yang berlebihan. Okelah saya juga sependapat tidak sepantasnya seorang negarawan macam presiden membicarakan gajinya di hadapan orang banyak. Tapi, kegiatan melakukan pengumpulan koin yang hanya bertujuan negatif tak jelas (olok mengolok) ini jauh dari kebermanfaatan. Miris

Lihat dua bocah yang saya sebutkan tadi. Mana kepeduliannya?

Apalagi di Sidoarjo, pengumpulan koin tersebut dilanjutkan dengan membakarnya. Mubazir dan sungguh pekerjaan sia – sia, Astaghfirullah.

Di saat kedua bocah tadi menahan sakit, di saat anak – anak jalanan menahan lapar karena sejak pagi belum makan, saat itulah harusnya kepedulian kita tunjukkan. Tulisan ini tidak bertendensi apapun, apalagi dalam rangka membela presiden. Saya hanya ingin mengajak sahabat semua menyibukkan harinya dengan hal – hal yang bermanfaat, yang mendatangkan kebaikan untuk kita semua.

Semoga laknat Tuhan tidak sampai kepada kita lantaran mengabaikan Cinta Kasih kepada sesama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *