Perlukah Perang dengan Malaisya

By | August 28, 2010
Ya, Indonesia – Malaysia sedang panas – panasnya. Terlebih setelah Pemerintah Malaysia mengumumkan pelarangan secara tidak resmi warganya berkunjung ke Indonesia. Mendengar ini, justru aku kasihan dengan sahabat – sahabatku dari Malaysia yang kuliah di Kedokteran Trisakti. Alasannya, tak lain setelah aksi unjuk rasa yang ngga elegan oleh sekelompok LSM dengan pelemparan kotoran ke kedutaan besar Malaysia di Jakarta. Aku bisa membayangkan terhinanya pemerintah Malaysia . Coba seandainya warga Malaysia melakukan hal yang sama pada Kedutaan RI di Kuala Lumpur.
 Secara tegas, aku akan menolak ajakan untuk berPerang melawan Malaysia. Buang – buang tenaga saja. Lagian masa’ Tahun 2010 masih juga demen Perang? Satu alasan yang paling masuk akal adalah karena kita (Malaysia dan Indonesia) berada dalam satu rumpun melayu.
Aku ingat begitu semangatnya Malaysia khususnya Negeri Selangor saat mengikuti Festival Rumpun Melayu di Pulau Bangka tahun 2003 silam. Karena apa, banyak budaya yang memang saling berhubungan bahkan mirip satu sama lain. Festival Rumpun Melayu ini pula mengingatkan kita bahwa Semenangung dan Indonesia adalah tanah melayu yang terdiri dari Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Johor, Kelantan, Pattani. Jadi wajar kalau di Malaysia juga ada suku Bugis, Jawa, Aceh, dan Minang.
Di Johor dan Selangor misalnya, sebagian besar adalah suku Jawa. Negeri Sembilan malah sebagian penduduknya suku minang. Belum lagi sultan Selangor yang berasal dari Bugis.

Aku ngga tahu entah ada pengalihan isu atau apa dari ajakan berperang dengan Malaysia. Yang pasti di dalam negeri sendiri masih banyak hal – hal yang harus dibenahi. Kasus Century misalnya, sudah hilang entah kemana. Belum lagi isu rekening gendut Polri, penangkapan Pak Susno Duadji, pelemahan KPK, dll.

Jadi ingat kuliah Twitter bareng Pak Poltak Hotradero beberapa hari yang lalu. Aku menyimpulkan bahwa seandainya Indonesia memutuskan hubungan politik dengan Malaysia tentunya yang akan rugi juga negara kita.
Saat ini ada 2 juta TKI yang bekerja di Malaysia. Trilyunan uang setiap tahunnya uang yang dikirim ke Indonesia. Aku ngga bisa membayangkan jika 2 juta TKI ini dipulangkan oleh Malaysia. Bagaimana nasib keluarga mereka di Indonesia, sedangkan di negeri kita yang kaya ini bahkan lahan pekerjaan bagi mereka tidak lantas langsung tersedia. Jadi, para TKI inilah yang harus dilindungi mengingat mereka adalah Pahlawan Devisa bagi bangsa ini.
Belum lagi banyak perusahaan Malaysia di Indonesia. XL misalnya, dari Rp.100 keuntungan yang diperoleh, hanya 2 Rupiah yang dibawa ke Malaysia. Selebihnya, kembali ke Indonesia.
Ada ribuan juga Mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Malaysia. Kebanyakan selain dari beasiswa, juga kuliah sambil bekerja. Saudara saya juga kuliah di Malaysia, mengingat biaya pendidikan disana sedikit lebih murah kalau dibandingkan dengan Perguruan Tinggi di Indonesia yang biayanya selangit. Ditambah fasilitas dan infrastruktur yang lumayan bagus.
Pengakuan sahabat juga mereka lebih rela jika harus ditilang Polisi Malaysia ketimbang Polisi Indonesia. Karena mereka yakin, satu ringgit yang mereka bayar untuk menebus tilang tersebut pasti masuk ke kas pemerintah yang dananya akan dipakai untuk pembangunan. Beda tentunya dengan Polisi Indonesia yang belum tentu masuk kas negara, bahkan ada yang langsung masuk ke kantong sang petugas.
Hemat saya, Pak Presiden dan Pak Menlu dalam kondisi seperti ini tetap harus elegan tanpa emosi menangani kasus – kasus yang bisa merusak hubungan bilateral antara Indonesia dan Malaysia. Karena kalau sengketa ini berlanjut ke tingkat pemerintahan bukan tidak mungkin akan terjadi Perang Saudara. Lantas, siapa yang diuntungkan?
Yang diuntungkan tentunya negara – negara yang memang tidak ingin rumpun melayu ini bersatu. Bahkan bisa jadi ketika ini berlajut pada perang, Amerika dengan pedenya menawarkan utang kepada Indonesia untuk membeli peralatan perang yang sungguh sangat mahal.
Oke, kita bandingkan dengan Apa yang terjadi pada Singapura. Di Negara ini, TKI Pria Indonesia diharamkan berkerja. Pulau – pulau kecil di kepulauan Riau pun pelan – pelang tenggelam karena pasirnya diangkut ke Singapura untuk memperluas negara mereka. Segala hal berbau melayu khususnya Islam, perlahan dihilangkan. Bahkan hanya satu masjid di Singapura yang diizinkan untuk mengeraskan Adzan.
Koruptor RI juga senang sekali lari ke Singapura yang mengindikasikan bahwa pemerintah Singapura melindungi mereka dengan baik. Dan tentunya Orang Indonesia selalu senang menghabiskan uangnya  dengan berbelanja di Singapura.
Analogi ini bukan lantas untuk mengajak membenci Singapura. Tapi, apakah perlu kita berperang dengan Malaysia? Sementara banyak hal yang menguntungkan yang bisa didapat dari hubungan bilateral dengan mereka.
“Sesungguhnya orang beriman itu adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah semoga kamu mendapat rahmat.” (QS: al-Hujurat ayat 10)

5 thoughts on “Perlukah Perang dengan Malaisya

  1. Adry

    nice share mas … aku juga bingung neh .. kok sampe segitunya yaa … tetanggaan teh.. mbok ya rukun

    Reply
  2. andipeace

    sudah gak jamannya perang…apa untung dan ruginya jika perang ataupun tidak…beda pendapat dan peraturan sih no problem, yang terpenting komunikasi..salam

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *